Sabtu, 02 April 2022 23:40 UTC
BUDIDAYA LOBSTER. Komisaris PT Teras Samudra Sejahtera, Chandra Astan, memperlihatkan hasil panen lobster dari budidaya yang dilakukannya di Desa Bangsring, Kec. Wongsorejo, Kab. Banyuwangi, Sabtu, 2 April 2022. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Budidaya lobster di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diklaim mampu membuat lobster bertahan hidup hingga 80 persen. Artinya per 100 bibit yang dibesarkan, sebanyak 80 ekor berhasil bertahan hidup sampai ukuran konsumsi dan bisa dipanen.
Komisaris PT Teras Samudra Sejahtera, Chandra Astan, mengatakan pihaknya membesarkan lobster di 300 keramba dasar laut. Bibit didapatkan dari para penangkap berupa bibit bening lobster (BBL) atau benur dan lobster muda.
Bibit dikarantina di gudang milik mereka sekitar seminggu untuk dilihat kesehatannya sebelum dimasukkan ke dalam keramba dasar. Pihaknya menggunakan keramba dan pakan sendiri sebagai pengembang teknologi untuk meningkatkan kecepatan tumbuh dan ketahanan hidup lobster.
BACA JUGA: Warga Binaan Lapas Sidoarjo Dibekali Ilmu Budidaya Lobster
"Kita menggunakan pendekatan yang berbeda untuk budidaya, yaitu mengedepankan teknologi. Teknologi apa yang kita pakai, teknologi pakan, teknologi budidaya, jadi kita bisa lebih maju, lebih cepat," kata Chandra, Sabtu, 2 April 2022.
Mengawali usaha itu setahun lalu, pihaknya mengalami beberapa masalah, seperti penyakit, kanibalisme, dan pakan yang membusuk. Akhirnya masalah itu teratasi dengan sejumlah percobaan, misalnya dengan pembuatan pakan yang lebih awet dan mempercepat pertumbuhan lobster.
Tidak hanya tujuan komersial, Chandra mengatakan unit budidaya yang didirikan sejumlah pengusaha lobster itu ingin meramaikan budidaya lobster di tanah air. Kondisi perairan Selat Bali, ketersediaan bibit, dan dukungan pemerintah daerah yang baik membuatnya memilih lokasi Banyuwangi.
BACA JUGA: Polresta Banyuwangi Amankan Benih Lobster Senilai Rp 1,5 Miliar
"Belum banyak yang mencoba, karena kita harus trial error, banyak penyakit, terus ada masalah kanibal, dan belum lagi nanti ketersediaan benihnya juga kurang. Jadi banyak problem, sehingga tidak banyak yang mencoba. Tapi kami coba dan ini sepertinya sudah bisa menjadi contoh buat yang mau meniru nantinya," kata Chandra.
Sekali ekspor, pihaknya mengirimkan hingga 80 kilogram lobster jenis pasir dan mutiara ke Tiongkok dan Taiwan. Pembelian secara lokal juga dilayani, bahkan di lokasi budidaya lobster itu kini disediakan untuk wisata diving atau selam.
Meskipun bibit lobster di alam liar melimpah, pihaknya harus bersaing dengan eksportir gelap benur yang mampu memberikan harga lebih tinggi pada penangkap. Pihaknya berharap pemerintah dan peneliti mau bekerjasama untuk melakukan pemijahan atau pengembangbiakan lobster hingga kebutuhan bibit bisa terpenuhi.