Logo

Penyebab Badai dan Kebakaran Hutan Gunung Ranti-Ijen

Reporter:,Editor:

Senin, 21 October 2019 06:31 UTC

Penyebab Badai dan Kebakaran Hutan Gunung Ranti-Ijen

Prakirawan Cuaca Stasiun BMKG Banyuwangi, Gede Agus Purbawa menjelaskan hubungan kebakaran dan badai di Gunung Ijen dan Ranti. Foto: Ahmad Suudi.

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Gunung Ranti dan Ijen dalam tiga hari terakhir ini dibarengi badai angin kencang. Bahkan angin telah merobohkan puluhan pohon dan membantu api meluas hingga menggerus permukaan Gunung Ranti dan merembet ke Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen.

Prakirawan Cuaca Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Gede Agus Purbawa mengatakan pihaknya tidak memiliki alat pengukur kecepatan angin di Gunung Ranti maupun Ijen. Sehingga kecepatan angin dalam tiga hari terakhir ketika api membakar kedua gunung, tidak bisa diketahui.

“Tidak bisa perkirakan kecepatan angin secara aktual di gunung, karena tidak ada alatnya,” kata Agus di kantornya, Senin 21 Oktober 2019.

BACA JUGA: Kebakaran Hutan Gunung Ranti Meluas ke TWA Ijen, Pendakian Ditutup

Namun dirinya menjelaskan api yang meningkatkan suhu di suatu wilayah, bisa berdampak meningkatkan kecepatan angin. Dan angin selalu melaju dari tempat dingin yang memiliki tekanan udara rendah menuju tempat panas yang memiliki tekanan udara ringan.

Dari rumusan itu, api karhutla diyakini turut mengundang angin datang dengan kecepatan tinggi hingga terjadi badai. Apalagi api kemudian turut mempercepat perluasan kawasan kebakaran.

“Peningkatan temperatur udara terjadi ketika hutan terbakar. Hal itu memicu tekanan udara sangat rendah. Sehingga memicu pergerakan angin meningkat secara tiba-tiba di wilayah tersebut,” Agus menambahkan.

ASAP KEBAKARAN. Visual Gunung Ijen pada Minggu 20 Oktober menunjukkan kondisi kebakaran di Gunung Ranti. Foto: IST.

Angin tidak terlalu kencang ketika badai menerpa kawasan puncak, sekitar hutan dan perkebunan di lerengnya. Agus mengatakan fakta itu mendukung teorinya bahwa angin kencang hanya terjadi di area panas yang terbakar saja.

“Kalau di Ijen pemicunya api ya hanya di disebabkan badai. Karena pemicunya lokal, dampaknya juga lokal," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharram Suryadi mengatakan sumber api kebakaran berasal dari lahan pertanian di lereng Gunung Ranti, wilayah Kabupaten Bondowoso.

BACA JUGA: Kebakaran di Gunung Ranti Meluas, Pendaki Berhasil Dievakuasi

“Masih jauh dengan wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi, bermula dari sana. Karena anginnya kencang mulai sore, sehingga di luar dugaan sebenarnya, ternyata api menyebar cepat,” kata Eka, Minggu 20 Oktober 2019.

Dia mengaku api cepat merambat ke arah Gunung Ranti tanpa diduga petugas. Sore mulai muncul api di hutan, malam badai datang berkali-kali, keesokan paginya api telah membakar lebih dari separuh Gunung Ranti.

Pada sore hari kedua, api telah menyeberang jalan beraspal membakar pohon dan semak belukar di kawasan TWA Ijen. Proses evakuasi empat pendaki yang sempat terjebak dan upaya pemadaman terkendala api, asap dan badai muncul berkali-kali.

"Sebenarnya bukan pembukaan lahan, tapi pengolahan lahan, biasanya mereka melakukan pembakaran," kata Eka