Jumat, 31 July 2020 02:00 UTC
SWAB TEST. Sebanyak 500 ibu hamil (bumil) mengikuti pemeriksaan atau tes swab gratis di Gelora Pancasila, Selasa 21 Juli 2020. Foto: Dokumen
JATIMNET.COM, Surabaya - Warga Surabaya yang mempunyai penyakit penyerta, ibu hamil (Bumil) dan lansia menjadi perhatian dari Dinas Kesehatan Surabaya. Sebab, rentan tertular virus Covid-19
“Upaya kami adalah mendata pasien-pasien rentan dan komorbid. Artinya rentan adalah mulai dari lansia, ibu hamil ditambah dengan pasien komorbid,” kata Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita, Kamis 30 Juli 2020.
Wanita yang akrab disapa Feny itu mengungkapkan, warga yang memiliki komorbid seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi (HT), komplikasi DM dan HT, asma, hingga jantung, akan mendapat pemantauan ketat melalui Puskesmas. Ia menyarankan kepada warga yang memiliki komorbid agar tidak perlu datang langsung ke fasilitas kesehatan untuk membeli obat.
“Nah, itu kita data mereka dan menjadi tanggung jawab Puskesmas. Kami sudah koordinasi dengan BPJS untuk bisa menyiapkan obat-obat pasien komorbid,” katanya.
BACA JUGA: Tes Swab, 11 Bumil di Surabaya Terkonfirmasi Covid-19
Sedangkan bagi ibu hamil juga dipantau dan didampingi oleh tiap-tiap bidan kelurahan (Bikel). Bahkan, sejak minggu pertama kehamilan hingga melahirkan, ibu hamil di Surabaya menjadi tanggung jawab masing-masing Bikel.
“Selain memeriksakan kehamilannya, pada minggu ke 37, ibu hamil juga kita lakukan swab. Setelah itu menentukan rumah sakit mana yang akan menjadi tempat rujukan oleh Puskesmas,” ujar Feny.
Apabila hasil swab ibu hamil itu dinyatakan confirm Covid-19, maka dirujuk ke rumah sakit khusus penanganan Covid-19. Sementara jika hasil swab negatif, dirujuk ke rumah sakit ibu dan anak.
Tak hanya memberikan perhatian lebih kepada pasien komorbid dan ibu hamil di Surabaya agar terhindar dan terlindungi dari Covid-19. Pemkot juga menekankan perubahan perilaku sikap melalui petugas promotor kesehatan dan relawan.
BACA JUGA: Cegah Kematian Ibu dan Bayi, Pemetaan dan Deteksi Dini RS Rujukan Bumil Dilakukan
Mereka getol terjun ke masyarakat mensosialisasikan disiplin protokol kesehatan, seperti pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.
“Karena untuk merubah perilaku tidak bisa dilakukan sekali dan nanti bersama kader-kader bumantik. Kita juga lakukan rapid test dan swab massal kepada masyarakat yang memiliki kontak erat dengan pasien dan kelompok rentan itu kita lakukan terus,” ia menegaskan.
Di samping itu, pasien Covid-19 yang menjalani rawat jalan atau telah dipulangkan dari rumah sakit juga dilakukan pemantauan oleh Puskesmas. Makanya, pihak rumah sakit didorong agar aktif melaporkan setiap pasien yang telah pulang melalui sistem aplikasi milik pemkot yang telah tersedia, guna dilakukan pemantauan.
“Di situ (aplikasi) mereka (Puskesmas) bisa membaca pasien-pasien yang dipulangkan rumah sakit. Kalau pasien itu sudah dipulangkan rumah sakit, maka dia menjadi tanggung jawab Puskesmas, mereka di-cek apakah sudah dapat obat, terus bagaimana saturasi oksigennya,” ia menguraikan.
BACA JUGA: Lindungi Dari Wabah Covid-19, 500 Bumil di Surabaya Ikuti Swab Test
Bagi pasien yang telah dipulangkan dari rumah sakit, Dinkes Surabaya juga memberikan alat berupa pulse oximeter atau alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. Pasien yang telah pulang dari RS diajari untuk bisa melihat saturasi masing-masing dan kemudian melaporkan kepada Puskesmas. Apabila saturasinya naik di atas 96 berarti aman.
“Kalau saturasinya tidak naik (kurang dari 94), Puskesmas akan cepat turun. Ada 400 alat saturasi yang sudah kami bagikan, sesuai dengan kebutuhan yang urgen, dan mereka diajari menggunakan. Itu dari sisi promotif preventif,” ia menambahkan.
Sedangkan upaya dari sisi kuratif, salah satunya adalah menambah tempat tidur dan rumah sakit rujukan atau non rujukan untuk pelayanan pasien Covid-19. Selain itu pula, penambahan ventilator di rumah sakit juga dilakukan.
“Ada penambahan 17 ventilator di rumah sakit. Kita juga membantu sistem rujukan supaya cepat dan tepat. Jadi rumah sakit mana yang ada ventilator itu saling bersahutan,” ia mengimbuhi.
Upaya lain dalam menekan dan memutus mata rantai penyebaran virus ini adalah dengan melakukan tracing lebih ketat kepada semua kontak erat. Menurut Feny, minimal satu pasien confirm Covid-19 itu 25 kontak erat yang dilakukan tracing.
“Target kami 1 banding 25, tergantung masing-masing kasus. Tetapi minimal satu pasien positif harus 25 kontak erat yang harus kita tracing,” ia memungkasi.