Logo

Pengungsi Akui Hubungan dengan Warga Wamena Cukup Baik

Reporter:,Editor:

Minggu, 29 September 2019 12:17 UTC

Pengungsi Akui Hubungan dengan Warga Wamena Cukup Baik

HUBUNGAN HARMONIS. Sejumlah pengungsi mengakui hubungannya dengan warga berjalan dengan baik sebelum terjadi konflik di Wamena pada Senin 23 September 2019. Foto: Baehaqi Almutoif.

JATIMNET.COM, Surabaya – Raut muka Hasanuddin terlihat lesu dan letih. Dia langsung meraih makanan ketika tiba di Asrama Transito Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur, Minggu 29 September 2019.

Sembari menitikkan air mata, pria asal Sampang itu mengisahkan pelariannya dari kerusuhan di Wamena, Papua pada Senin 23 September 2019. Dalam peristiwa itu, dia tak sempat menyelematkan barang miliknya. Hanya bebeberapa uang yang dibawa sebelum terjadi kerusuhan.

“Waktu itu saya kerja pangkas rambut. Kemudian warga bilang 'pulang pakde sebentar lagi ricuh'. Karena itu saya lari ke Korem,” cerita Hasanuddin saat dijumpai di Asrama Transito.

Hasanuddin seorang diri di Wamena. Dia menerangkan jika keluarganya masih tinggal di Sampang. Selama tiga tahun bekerja di Wamena, dia tinggal di Kampung Hom hom, di kota dengan ketinggian 1.800 meter dari permukaan laut.

BACA JUGA: 40 Pengungsi Asal Wamena Tiba di Surabaya

Asyari (46), warga Sampang lainnya yang juga ikut pulang dari Wamena mengaku sempat memanjat ke plafon rumah kontrakannya saat terjadi konflik.

“Terdengar teriakan polisi dan Brimob ‘tutup tutup’. Nggak tahu, apa maksudnya. Ketika pintu ditutup saya melompat lewat plafon, keluar mencari jalan,” ungkapnya.

Pria yang kesahariannya bekerja sebagai ojek di Wamena itu lari ke gunung menjauhi kerusuhan. Dia bersama sekitar 200 orang lari menyelematkan diri saat terjadi konflik.

Tidak lama kemudian, dia dijemput polisi untuk turun ke Polres Jayawijaya, dan sebagian lainnya ke Koramil kota setempat. “Saya bermalam di polres selama tiga hari tiga malam,” ungkapnya.

BACA JUGA: Dua Warga Probolinggo Tewas di Kerusuhan Wamena

Saat di Polres Jayawijaya, Asyari mendapatkan info bahwa pelaku penyerangan bukan orang Wamena. Dia juga tidak mengetahui asal serangan serta siapa yang melakukannya.

“Sebetulnya hubungan kami dengan warga Wamena baik. Tidak ada masalah selama tiga tahun tinggal. Kami hidup rukun dengan warga,” ujarnya.

Pada hari Rabu (25 September 2019), dia berjumpa dengan Wakapolda Papua, Brigjen Yakobus Marjuki, dan sempat bertanya bagaimana bisa timbul kerusuhan. “Kata Wakapolda 'itu pakde yang bakar bukan orang sini (Wamena)’” tegasnya.