Logo

Pengekspor Sabut Kelapa Banyuwangi Berupaya Penuhi Permintaan Cina dan Korea Selatan

Reporter:,Editor:

Jumat, 06 September 2019 01:42 UTC

Pengekspor Sabut Kelapa Banyuwangi Berupaya Penuhi Permintaan Cina dan Korea Selatan

EKSPOR: Manajer PT Sumber Makmur Bhakti Mulya (SMBM) Abdul Haris dan Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi melepas kontainer ekspor ke Cina, komoditi cocofiber dan cocopiet asal Banyuwangi. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Ekspor sabut kelapa dari Banyuwangi meningkat sejak 2016. Pengekspor sabut kelapa, PT Sumber Makmur Bhakti Mulya (SMBM) menyebut jumlah ekspor meningkat dari 20 kontainer per bulan di tahun 2016, menjadi 35 kontainer per bulan di tahun 2017, dan 40 kontainer per bulan tahun 2019. Namun tak semua permintaan bisa dipenuhi lantaran belum bisa memproduksi komoditas sesuai dengan pesanan pembeli.

Sabut kelapa yang diekspor berupa serat sabut (cocofiber) tujuan ke Cina dan serbuk sabut (cocopiet) tujuan ke Korea Selatan.

Manajer PT Sumber Makmur Bhakti Mulya (SMBM) Abdul Haris, mengatakan pihaknya melakukan produksi di dua lokasi, Banyuwangi dan Bali. Namun 70 persen sabut bahan produksi didapat dari Banyuwangi.

"Kami sedang penjajakan ekspor cocopiet ke Cina. Jadi kemasannya minta kemasan kecil, jadi harus dipacking 5-kg an," kata Haris, dalam pelepasan produk ekspor pertanian asal Banyuwangi ke Cina, di Banyuwangi, Kamis 5 September 2019.

BACA JUGA: Malaysia Minta Pasokan Pisang 300 Ton Sepekan

Dalam tonase, ekspor per bulan PT SMBM adalah 640 ton cocofiber dan 1.600 ton cocopiet. Jumlah penjualan disesuaikan dengan produksi yang memenuhi spesifikasi pesanan pembeli. Ada juga pesanan yang belum dilayani karena spesifikasi yang diminta belum bisa dipenuhi SMBM.

Haris menjelaskan dari 10 kg sabut kelapa yang dibeli dari pengepul kelapa, akan menghasilkan 1 kg cocofiber dan 1,5 kg cocopiet. Sabut kelapa yang dia beli meliputi semua jenis kelapa yang berusia tua. Haris tidak menerima sabut degan atau kelapa muda.

"Awalnya limbah sabut kami kirim ke Surabaya. Kemudian diberi pelatihan untuk memproduksi sendiri dan alhamdulilah sampai sekarang kami jalankan ekspor sendiri," kata dia.

Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan pihaknya juga mencatat kenaikan ekspor sabut kelapa. Pada tahun 2018 bulan Januari - Agustus, ekspor mencapai 6.772 ton senilai Rp 19 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun ini mencapai 11.333 ton senilai Rp 33 miliar.

BACA JUGA: Indonesia Pemasok Gambir Terbesar Dunia

Peningkatan ekspor sabut kelapa menurutnya diikuti peningkatan transaksi ekspor yang mendukung masuknya devisa negara. Pihaknya telah meluncurkan aplikasi I MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Exports) yang berisi informasi kegiatan ekspor di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian di seluruh Indonesia.

Informasi dalam I MACE meliputi daftar komoditas ekspor, grafik tren tiga tahun terakhir, list eksportir, dan asal komoditas serta negara tujuan.

Musyaffak mengaku pihaknya kini berusaha meningkatkan volume ekspor, menambah ekspor lain, membuka akses pasar negara baru, mendorong komoditas olahan, dan menambah ragam komoditas.

“Seiring dengan kebijakan tersebut, Badan Karantina Pertanian meluncurkan progam Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa atau Agrogemilang pada tahun 2019, Membuka layanan inline inspection, dan meluncurkan aplikasi I MACE,” tambah Musyaffak.