Sabtu, 30 May 2020 12:21 UTC
Ilustrasi: GIlas Audi.
JATIMNET.COM, Surabaya - Tudingan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini terhadap Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terkait dugaan sabotase distribusi alat kesehatan untuk penanganan Covid-19 menimbulkan reaksi dari pengamat.
Salah satunya adalah Pengamat Media, Rossi Rahardjo menilai tudingan itu tidak harus dengan amarah. Melainkan duduk bersama dengan kepala dingin, demi menyelamatkan nyawa masyarakat terhadap ancaman penularan virus corona.
"Ini (perselisihan) menyangkut miskomunikasi, Setidaknya butuh jembatan untuk menyelesaikannya. Minimal duduk bersama, sambil ngopi-ngopi cantik," kata Rossi dalam keterangan resmi yang diterima Jatimnet.com, Sabtu 30 Mei 2020.
Menurut Rossi, buruknya komunikasi kedua pemimpin ini berpotensi menyengsarakan rakyat dalam penanganan pandemi Covid-19. Padahal penularan virus yang berasal dari Kota Wuhan, Cina ini jauh lebih berbahaya.
BACA JUGA: Risma Kecewa, Mobil Lab Covid-19 BNPB Dialihkan ke Daerah Lain
"Kuncinya koordinasi dan komunikasi yang baik. Jangan sampai ego pemimpin membuat rakyat jadi korban. Jumlah positif Covid-19 di Jawa Timur, terutama Surabaya terus melonjak tajam," tambah mahasiswa Program Doktoral Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya ini.
Perselisihan kedua pemimpin ini diduga terkait dengan persaingan jelang Pilkada Surabaya 2020. Rossi yang juga peneliti di Lembaga Kajian Pilkada Nusakom Pratama ini menyebut hal tersebut sangat tidak patut.
Menurutnya, penanganan warga terhadap ancaman penyebaran virus corona harus menjadi prioritas utama. Dia juga berharap semua pihak bisa menahan syahwat politik masing-masing.
"Sangat tidak elok, dan tidak etis jika ada kepentingan politik dicampuradukkan dalam penanganan Covid-19. Sekali lagi, rakyat yang jadi korbannya!" imbuh pria yang juga mantan pemimpin redaksi Kabar Madura itu.
BACA JUGA: Khofifah Anggap Surabaya Raya Butuh PSBB
Lebih lanjut, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya tidak perlu malu mencontoh daerah lain yang berhasil menekan penyebaran Covid-19. Dia menyebut sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang bersiap menyongsong New Normal.
"Tegal bisa menjadi contoh bagaimana komunikasi dan koordinasi antarinstitusinya. Saya juga mendapat informasi bahwa Kota Batu juga berhasil. Mengapa Surabaya justru semakin banyak? Jawabnya karena komunikasi dan koordinasi vertikal yang buruk," papar Rossi.
Menurutnya, pemimpin wajib memiliki logical frame work yang terdiri atas visi, misi, strategi, intervensi, dan aksi saat menghadapi ancaman. Jika pemimpin tidak dapat melakukan hal tersebut, lalu apa fungsi pemerintah sebagai institusi yang berwenang untuk melindungi rakyatnya?
Yang dibutuhkan di Jatim-Surabaya saat ini adalah duduk bersama membahas penanganan Covid-19, bukan malah memprovokasi. "Jembatan komunikasi harus dibuka, bukan makin disumbat. Apalagi memobilisasi dengan menaikkan tensi perang di media massa," penggemar Liverpool FC itu memungkasi.
