Logo

Peneliti Klaim Berenang di Pantai Tingkatkan Risiko Infeksi

Reporter:

Sabtu, 29 June 2019 05:23 UTC

Peneliti Klaim Berenang di Pantai Tingkatkan Risiko Infeksi

Ilustrasi berenang di pantai. Foto: Artem Verbo (Unsplash)

JATIMNET.COM, Surabaya - Musim panas adalah waktu terbaik untuk pergi ke pantai, mendapatkan kulit cokelat, dan menikmati waktu bersama teman dan keluarga. Tetapi Anda mungkin harus menimbang-nimbang lagi untuk berenang.

Sebuah studi baru memperingatkan bahwa lautan dapat mengubah populasi bakteri pada kulit, membuat Anda berisiko lebih tinggi mengalami infeksi. Temuan ini mendukung laporan sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara paparan air laut dan infeksi.

Kualitas air yang buruk di banyak pantai juga telah dikaitkan dengan kasus-kasus infeksi telinga dan penyakit saluran cerna dan pernapasan selain membentuk infeksi kulit, seperti diungkap dalam laman UPI.com.

BACA JUGA: BKP Musnahkan 83 Jenis Tanaman Impor Terinfeksi Bakteri

"Data kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa paparan air laut dapat mengubah keragaman dan komposisi microbiome kulit manusia," kata Marisa Chattman Nielsen, penulis utama studi Ph.D.

Hal yang sama juga diungkapkan mahasiswa di University of California, Irvine. "Saat berenang, bakteri penghuni normal tersapu sementara bakteri laut diendapkan ke kulit." katanya seperti dilansir dari Medicaldaily.com, Senin 24 Juni 2019.

Untuk penelitian ini, Nielsen dan timnya mengumpulkan sembilan orang dan memantau kulit mereka sebelum dan sesudah berenang. Para peneliti mengumpulkan sampel bakteri kulit dari kaki partisipan sebelum berenang 10 menit di lautan, setelah dikeringkan di udara, enam setelah berenang, dan sehari setelahnya.

Sebelum terkena air laut, setiap peserta memiliki komunitas bakteri kulit yang berbeda, atau microbiome kulit. Tetapi setelah berenang, para peneliti menemukan seluruh kelompok memiliki komunitas serupa di kulit mereka.

BACA JUGA: Pemeriksaan Nutrigenomik untuk Mencegah Penyakit Tak Menular

Namun, enam jam setelah berenang mikrobioma kulit mereka mulai kembali ke keadaan sebelum berenang. Proses berlanjut selama 24 jam ke depan.

"Satu temuan yang sangat menarik adalah bahwa spesies Vibrio - yang hanya diidentifikasi pada tingkat genus - terdeteksi pada setiap peserta setelah berenang di lautan, dan pengeringan udara," kata Nielsen.

Vibrio termasuk bakteri yang menyebabkan kolera. "Sementara banyak Vibrio tidak bersifat patogen, fakta bahwa kami memulihkannya pada kulit setelah berenang menunjukkan bahwa spesies Vibrio yang patogen berpotensi bertahan pada kulit setelah berenang," katanya.