Logo

Penderita Kanker di Jatim Meningkat

Reporter:

Sabtu, 20 October 2018 12:23 UTC

Penderita Kanker di Jatim Meningkat

Peserta Pink Parade memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia, saat di di Gedung Negara Grahadi. Foto : Sita Mashita.

JATIMNET.COM, Surabaya – Jumlah penderita kanker payudara di Jawa Timur tiap tahunnya cenderung terus naik. Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat ada 17 ribuan perempuan yang menderita penyakit.

“Dari survei kami, tahun ini penderita kanker payudara di Jawa Timur ada sekitar 17 ribuan lebih. Tahun 2003 jumlah penderita kanker sekitar 10 ribuan hingga 11 ribuan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr. Kohar Hari Santoso di sela-sela kegiatan Pink Parade di Gedung Negara Grahadi, Sabtu 20 Oktober 2018.

Jumlah data berdasarkan dari pusat pelayanan kesehatan tersebut, ada yang menyedihkan. Rata-rata yang datang untuk melakukan berobat itu sudah menginjak stadium berat, sehingga memperkecil peluang pasien untuk sembuh.

Disamping itu, hingga saat ini masih belum diketahui pasti dari penyebab kanker payudara ini. Hanya saja rata-rata faktornya karena obesitas, pola makanan, stress, kurang istirahat atau tidak menyusui.

Apalagi, dari data, lanjut Kohar, kanker payudara berada di posisi teratas sebagai pembunuh perempuan nomor satu saat ini. Selanjutnya, kanker serviks dan disusul kanker paru-paru. “Saat ini penderita kanker payudara mayoritas perempuan usia produktif antara 20 tahun hingga 45 tahun,” jelasnya.

Dinkes Jatim sudah melakukan upaya pencegahan seperti kampanye SADARI (pemeriksaan diri sendiri ), pelaksanaan IVA test di puskesmas maupun bekerjasama dengan institusi.

Lebih lanjut, Kohar tidak menyarankan penderita kanker berobat ke tempat non medis. Dari pengalamannya selama ini, mereka yang menjalani pengobatan tradisional biasanya kembali ke rumah sakit. “Sayangnya dalam kondisi yang lebih parah,” sesalnya.

Hal ini diamini salah seorang survivor kanker payudara, Endri Kurniawati. Dia mengatakan pengobatan secara medis memang menjadi satu-satunya jawaban. “Yang paling efektif adalah tindakan medis. Jadi saya memutuskan untuk menjalani operasi medis dibandingkan opsi-opsi lain untuk pengobatan kanker,” katanya ditemui di tempat sama.

Endri divonis menderita kanker payudara IIA. Saat divonis kanker pada April 2012 lalu, ia kemudian menjalani operasi pengangkatan payudara pada 7 Mei 2012. Hampir enam tahun ia dinyatakan bersih dari sel kanker. “Tapi kanker adalah bahaya laten yang sewaktu-waktu muncul kalau kita tidak menjaga kesehatan,” katanya.

Pink Parade sebagai bagian upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, terutama perempuan agar sadar tentang bahaya kanker payudara. Kegiatan ini diikuti dari sejumlah elemen mulai dari institusi pemerintahan, pusksemas, rumah sakit hingga sekolah – sekolah. Masing-masing mempromosikan upaya pencegahan kanker payudara.