Minggu, 30 June 2019 05:50 UTC
EDUKASI. Pemkot Surabaya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bekerjasama dengan Nutrifood memberikan edukasi terhadap deteksi dini diabetes, Minggu 30 Juni 2019. Foto: Baehaqi
JATIMNET,COM, Surabaya - Diabetes tidak hanya diderita oleh kelompok usia tua, kelompok usia muda serta produktif mulai banyak yang terdeteksi. Bahkan jumlahnya pun terus meningkat.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Jiwa Dinas Kesehatan Surabaya, Sufiah Rahmawati mengatakan, melihat tren usia muda juga tak luput dari penyakit diabetes.
"Ada yang di bawah lima tahun, satu atau dua anak terdeteksi. mungkin statusnya masih prediabetes ya," ujar Sufiah ditemui usai seminar dan workshop deteksi dini dan pencegahan prediabetes di Surabaya, Minggu 30 Juni 2019.
BACA JUGA: Penderita Diabetes dan Obesitas Bisa Konsumsi Tepung Ubi Kayu
Penderita diabetes dengan usia muda kurang dari lima belas tahun, diungkapkan Sufiah, cukup merata. Hampir di seluruh wilayah Surabaya ditemui kasus penderita anak berpotensi terkena diabetes.
Data yang diperoleh, tahun 2018 jumlah penderita diabetes di Surabaya meningkat lima persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan rincian untuk usia 0-4 temuan dua kasus untuk diabetes militus tipe I, sedangkan diabetes militus tipe II sebanyak 36 kasus.
Kemudian usia 5-14 tahun, penderita diabetes melitus tipe I terdeteksi 40 orang, untuk diabetes melitus tipe II, 174 kasus.
BACA JUGA: Angka Penyakit Tidak Menular Jatim Lebih Tinggi Dibandingkan Nasional
“Rentang usia 15-59 tahun inilah yang terbanyak, dengan temuan 15 ribu penderita untuk diabetes melitus tipe I dan 42 ribu penderita diabetes melitus tipe II,” ujarnya.
Sisanya sebanyak 7.715 penderita diabetes melitus tipe I berusia 60-69 tahun, dan diabetes melitus II, 17.915 kasus. Lalu usia 70 tahun ke atas penderita diabetes melitus tipe II sebanyak 2.284 kasus, serta diabetes melitus tipe II, 8.238 kasus.
Banyak faktor yang menyebabkan kelompok usia muda lima belas tahun ke bawah terkena diabetes. Salah satunya adalah kurangnya bergerak. Perubahan pola hidup yang jarang bergerak ditengarai membuat anak-anak terkena prediabetes.
"Mungkin salah satunya adalah karena sekarang itu kan banyak pendingin udara. Di mana-mana ada pendingin ruangan. di sekolah ada, di kendaraan ada. Terus juga tidak ada aktivitas jalan kaki," kata Sufiah.
BACA JUGA: Snack Bikinan Mahasiswa UMM Bisa Turunkan Kadar Gula
Marketing Nutrifood, Susana melihat meningkatnya penderita diabetes ini disebabkan salah satunya perubahan gaya hidup. Semakin banyak kemudahan yang didapat, justru membuat anak malas bergerak.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes di tingkat nasional. Dari 6,9 persen pada 2013, menjadi 8,5 persen pada 2018. Ada pun angka kejadian diabetes di Jawa Timur juga meningkat, yaitu dari 2,1 persen pada 2013, menjadi 2,6 persen pada 2018.
"Karena diabetes itu banyak. Bagaimana caranya angka prevalensi itu agar tidak banyak. Kami tidak bisa edukasi sendiri. Kami pun melakukan kolaborasi," kata Susana.
