Senin, 23 September 2019 04:47 UTC
KARHUTLA. Permukaan bukit yang berupa savana di dekat Ranu Kumbolo terlihat hangus akibat kebakaran hutan dan lahan yang melanda lokasi itu sejak Minggu 22 September 2019. Foto: Istimewa
JATIMNET.COM, Lumajang – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Gunung Semeru mulai merembet ke jalur pendakian gunung api tertinggi di pulau Jawa ini.
Otoritas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, telah menutup total aktivitas pendakian di gunung berketinggian 3.686 meter di atas permukaan laut itu.
Berdasarkan surat pengumuman dari TN BTS yang beredar via pesan Whatsapp menyebutkan kebakaran telah mencapai jalur pendakian pada Minggu, 22 September 2019 sekitar pukul 15.00 WIB.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Wawan Hadi mengaku telah menerima informasi penutupan total aktivitas pendakian Gunung Semeru.
BACA JUGA: Karhutla Melanda Kawasan Arcapada Semeru
“Balai Besar TN BTS menutup kegiatan pendakian gunung Semeru secara total sejak 22 September 2019 sampai batas waktu yang belum ditentukan,” kata Kepala Balai Besar TN BTS, John Kennedy melalui surat pengumuman yang dia tandatangani.
Sebelumnya, BB TN BTS juga mengeluarkan pengumuman ihwal imbauan untuk tidak melakukan pendakian hingga Kalimati, menyusul adanya kebakaran hutan pada 19 September 2019 lalu. Surat tersebut juga menyebutkan batas aman pendakian hanya sampai Ranu Kumbolo.
Adanya pengumuman anyar melalui surat ini, surat pemberitahuan tertanggal 19 September 2019 tidak berlaku.
BACA JUGA: Kawasan Hutan Lereng Semeru Terbakar
Berdasarkan informasi yang dihimpun Jatimnet.com dari Resor Ranupane, menyebutkan pemadaman api di hari kedua, Senin 23 September 2019 ini masih dilakukan sejak pukul 06.00 WIB.
Adapun lokasi kebakaran berada di blok pos 4, jalan menuju Pangonan Cilik, jalur pendakian ke Rakum, Ayek-ayek, Watu Pecah. Upaya pemadaman api melibatkan kurang lebih 60 orang dari TN BTS, porter hingga relawan. Mereka menggunakan sejumlah peralatan berupa jet shooter, garu, sabit hingga parang.
Sejauh ini api belum bisa sepenuhnya dikendalikan karena kondisi angin yang cukup kencang. Begitu juga dengan medan yang bertebing dan berbukit cukup menyulitkan petugas.
