Selasa, 26 August 2025 04:40 UTC
Wakil Bupati Sumenep KH. Imam Hasyim (duduk bertopi) meninjau imunisasi di TK Rumah Kita, Senin, 25 Agustus 2025. Foto: Pemkab Sumenep
JATIMNET.COM, Sumenep – Upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Kabupaten Sumenep dilakukan secara terkoordinasi oleh Kementerian Kesehatan bersama berbagai pihak terkait.
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Survei Cepat Komunitas (SCK) dilakukan segera oleh tim gabungan dari Kemenkes, WHO, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.
Pada 15 Agustus 2025, Kementerian Kesehatan bersama pemangku kepentingan melakukan advokasi kepada Bupati Sumenep dan lintas sektor terkait, termasuk Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Kominfo, Dinas Sosial, Dukcapil, Majelis Ulama Indonesia (MUI), PKK, Muslimat NU, Aisyiyah, Fatayat, Nasyiatul Aisyiyah, Himpaudi, IGTKI, serta IGRA.
Di hari yang sama, Kemenkes juga mengirimkan vaksin untuk pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) sekaligus menyosialisasikan serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Analisis kasus secara rutin dilakukan dengan penyusunan laporan situasi (situation report) harian selama KLB berlangsung.
BACA: KLB Campak di Indonesia Meningkat, Salah Satunya di Sumenep
Sebagai upaya penanggulangan, Dinkes Sumenep telah melaksanakan ORI serempak di seluruh wilayah Kabupaten Sumenep bagi anak usia 9 bulan hingga 6 tahun, dimulai 25 Agustus hingga akhir September 2025.
Untuk memperkuat respons lapangan, tenaga Field Epidemiology Training Program (FETP) juga dikerahkan ke Kabupaten Sumenep guna mendukung pengendalian KLB.
Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine mengatakan sejalan dengan upaya tersebut, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat, khususnya orang tua dan pengasuh anak, agar segera membawa anak ke Posyandu, Puskesmas, atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi campak, baik rutin sesuai jadwal maupun tambahan saat situasi KLB.
"Masyarakat diimbau agar tidak menunda dan tidak takut imunisasi karena vaksin campak terbukti aman, bermutu, serta diberikan gratis oleh pemerintah. Selain itu, warga diminta aktif mendukung pelaksanaan ORI dengan menginformasikan pentingnya imunisasi kepada keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitar," tutur Prima dikutip dari laman Kemenkes, Selasa, 26 Agustus 2025.
BACA: Kasus Campak Merebak, Khofifah Instruksikan Lengkapi Vaksin Campak Rubella Anak
Ia mengimbau jika terdapat anak atau anggota keluarga yang mengalami demam, bercak merah pada kulit, batuk, pilek, dan mata merah, masyarakat diimbau segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vitamin A dan pengobatan.
Pasien campak perlu diisolasi di rumah untuk mencegah penularan dan didukung dengan asupan gizi seimbang guna mempercepat pemulihan.
Tak kalah penting, masyarakat diminta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mengingat campak ditularkan melalui droplet, penggunaan masker saat berinteraksi dengan penderita sangat dianjurkan.
Komplikasi akibat Campak
Sementara itu, Komite Ahli Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi, Anggraini Alam, menegaskan campak dapat menyebabkan komplikasi serius, mulai dari pneumonia, diare berat, radang otak (ensefalitis), hingga SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis), yakni penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak masa kanak-kanak dan belum ada obatnya.
“Karena itu, imunisasi harus diberikan tepat waktu. Imunisasi MR dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan dan dosis kedua pada usia 18 bulan. Bila belum lengkap, segera lengkapi tanpa menunggu ada kasus di sekitar,” kata Anggraini.
Ia juga mengimbau orang tua untuk proaktif mengecek status imunisasi anak di Puskesmas atau Posyandu.