Logo

Pemerintah Fokus Katrol Ekspor Produk Manufaktur

Reporter:

Kamis, 14 February 2019 06:20 UTC

Pemerintah Fokus Katrol Ekspor Produk Manufaktur

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Foto: Humas Kementerian Perindustrian

JATIMNET.COM, Jakarta - Pemerintah semakin fokus meningkatkan ekspor produk manufaktur dalam negeri. Strateginya, dengan memacu kualitas produk manufaktur yang memiliki daya saing tinggi di kancah global.

“Kontribusi ekspor produk industri manufaktur pada tahun 2018 menembus hingga 72,25 persen atau senilai USD 130,09 miliar, naik sebesar 3,98% dibanding tahun 2017 yang mencapai US 125,10 miliar,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu 13 Februari 2019.

Ia menuturkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu nilai ekspor produk manufaktur nasional, yang di antaranya terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

BACA JUGA: Industri Manufaktur Jadi Sektor Andalan Dongkrak Nilai Ekspor

“Sesuai dengan komitmen Presiden Joko Widodo untuk terus mendorong naiknya kualitas ekspor produk Indonesia, perlu mengakselerasi ekspor produk yang memiliki nilai tambah tinggi,” tegasnya melalui siaran pers yang diterima Jatimnet.com.

Strategi utama pemerintah adalah dengan berupaya menarik investasi industri untuk menjalankan hilirisasi sehingga dapat mensubstitusi produk impor.

Kebijakan lainnya, perbaikan iklim usaha melalui penerapan online single submission (OSS), fasilitas insentif perpajakan, program vokasi, penyederhanaan prosedur untuk mengurangi biaya ekspor, dan pemilihan komoditas unggulan.

BACA JUGA: Industri Manufaktur Nasional Sumbang PDB Tertinggi di Asean

“Pada tahun 2019, kami akan lebih genjot lagi sektor industri untuk meningkatkan ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih,” tutur Airlangga. Pada 2019, pemerintah menargetkan ekspor nonmigas tumbuh 7,5 persen.

Proyeksi pertumbuhan tersebut mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,7 persen. Adapun tiga pasar ekspor utama, yakni Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Penetrasi pasar ekspor ke negara-negara nontradisional juga dilakukan, seperti ke Bangladesh, Turki, Selandia Baru, Myanmar dan Kanada.

“Kami fokus memacu kinerja ekspor di lima sektor industri yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0,” imbuhnya.

BACA JUGA: Jatim Fokus Pengembangan Industri Manufaktur melalui ESJP

Lima sektor itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika, dan kimia. Apalag, lima kelompok manufaktur tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 65 persen terhadap total nilai ekspor nasional.

Pemerintah juga menargetkan segera merampungkan 12 perjanjian dagang baru pada tahun ini. 

Dalam kurun waktu paling dekat, Kemenperin sedang menunggu percepatan perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Australia.

BACA JUGA: Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tumbuh 0,56 Persen

“Kalau CEPA dengan Australia itu terbuka, maka ada satu juta pasar yang terbuka untuk ekspor otomotif kita ke sana. Sebab, kami sudah bicara dengan principal, ekspornya akan dari Indonesia,” tutur Menperin.

Airlangga optimistis, apabila upaya-upaya tersebut terealisasi, akan mendongkrak produksi mobil di Indonesia mencapai 2 juta unit per tahun.

“Jadi, dalam waktu 2-3 tahun bisa dipercepat ekspornya. Dan, tentunya kita mengharapkan, industri-industri semacam ini terus kita dorong,” ungkapnya.