Sabtu, 21 September 2019 10:35 UTC
Foto: Ilustrasi/Gilas Audi.
JATIMNET.COM, Mojokerto - Orang tua AF (13) siswi kelas VII di sebuah SMPN Sooko, Mojokerto menyesalkan pihak sekolah yang tidak peduli dengan kejadian yang menimpa anaknya. Korban AF mengalami cedera serius setelah jatuh dari tangga sekolah karena diduga didorong temannya.
Miarsih, ibu AF menuturkan, sampai detik ini tidak ada perhatian serius dari pihak sekolah. Dua pekan sudah berlalu, tidak ada satu pun dari pihak sekolah yang peduli dengan kondisinya. Baik itu sekedar menjenguk atau menanyakan kabar.
"Belum ada sama sekali wali kelasnya maupun kepala sekolah yang datang menjenguk. Ada cuman guru BKnya Bu Nis saat kejadian di rumah sakit. Bu Nis datang dengan marah-marah minta Kartu Indonesia Sehat (KIS). Enggak ada sama sekali bentuk prihatin ke kami," papar Miarsih, pada Jatimnet.com, selepas pulang bekerja dari sebuah warung makan di Mojoagung.
Miarsih menambahkan, sebenarnya keluarga sudah tidak mempermasalahkan peristiwa yang menimpa anaknya. "Kalau kita sama keluarga yang mendorong AF hingga terjatuh, sudah dimaklumi soalnya sama-sama orang susah,” ujar Miarsih.
BACA JUGA: Psikolog: Ada Banyak Faktor Anak-anak Lakukan Perundungan
Cuman yang disayangkan adalah pihak sekolah. “Sedikit-sedikit kami mau dipolisikan. Waktu di rumah sakit, ayah AF juga diancam, gara-gara anak saya ngakunya didorong temannya," ucapnya.
Bahkan, suaminya diminta datang ke sekolah untuk membuat surat perdamaian di atas selembar kertas kosong. "Karena diminta ke sekolah, suami saya datang. Terus diminta nulis apa yang diucapkan gurunya, lalu tanda tangan. Cuman di bawah ada kalimat yang tidak enak, intinya kalau terjadi kejadian seperti ini lagi, anak saya akan dikeluarkan dari sekolah," papar Miarsih.
Kondisi AF saat ini masih merasakan sakit yang luar biasa pasca peristiwa tersebut. Bahkan nampak sesekali terbaring di ruang keluarga sembari menonton televisi.
Berdasarkan pantauan Jatimnet.com di kediaman korban, nampak pergelangan kaki kanannya dipasang gips berwarna putih sejak terjatuh dua minggu lalu dari tangga sekolahnya.
BACA JUGA: Pelajar Sekolah Dasar di Surabaya Deklrasi Anti Bullying
Menuju kamar kecil saja, dirinya harus menggunakan alat bantu jalan berwarna putih yang dipinjam dari keluarga.
Anak kelima dari lima bersaudara pasangan Suwantah dan Miarsih menceritakan, sejak awal masuk sekolah dirinya sudah sering menerima perundungan dari B (13) temannya.
"B bersama dua temannya suka memanggil saya memakai nama ibu saya Miarsih, Sih.. Sih... Sudah gitu hampir setiap hari rambut saya ditariknya," ungkapnya sembari menitikkan air mata.
Peristiwa jatuh dari tangga sekolah, berawal dari jam istirahat pertama.
"Saya keluar kelas, rambut saya ditarik sama B. Tapi saya enggak respon, saya jalan aja. Terus habis itu saya ditarik lagi, cuman saya tetap jalan. Pas di tangga dia narik lagi, terus bilang cepat-cepat jalannya, rok saya angkat, tapi tetap didorong hingga saya jatuh. Padahal di tangga masih ada jalan yang bisa dilewati dia," terangnya.