Sabtu, 04 July 2020 02:00 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya - Sepekan pasca kedatangan Presiden RI Joko Widodo, angka penambahan pasien positif Covid-19 belum juga menunjukkan mereda. Data milik Dinas Kominfo Jatim per Jumat 3 Juli 2020 malam, ada 340 pasien baru terinfeksi virus SARS CoV-2.
Jawa Timur masih jadi provinsi terbanyak pasien Covid-19 dengan total 13.025 orang. Kota Surabaya teratas dengan 6.198 orang, Sidoarjo 1.769 pasien, dan Gresik 806 orang. Tiga wilayah ini menjadi penyumbang terbanyak kasus di Jatim.
Sementara angka pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia mencapai 998 orang, dan sembuh sebanyak 4.738 orang.
Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga (FKM Unair), Windhu Purnomo mengakui belum ada tanda menurun dalam sepekan ini. Jumlah pasien juga masih tinggi.
Windhu mengaku tidak menemukan usaha yang signifikan dari pemerintah daerah untuk mengejar target yang diberikan oleh presiden tersebut. "Kalau saya yang pertama kali dilihat adalah peraturan. Dan saya melihat tidak ada perubahan peraturan antara sebelum dan sesudah kedatangan presiden," ujar Whindu, Jumat 3 Juli 2020 malam.
BACA JUGA: Sekdaprov Jatim Sayangkan Masih Ada Saling Lempar Pasien
Menurut dia, kunci dari penurunan angka kasus Covid-19 di Jawa Timur adalah pengendalian kedisiplinan warga. Di Surabaya misalnya, sebagai episentrum di Jatim harusnya memiliki peraturan wali kota yang lebih tegas.
"Selama masih ada kerumunan dan tidak menggunakan masker akan ada penularan. Jadi yang dibutuhkan adalah pengendalian dari pemerintah," terangnya.
Proses lain yang diamati Windhu adalah testing, tracing, dan treatment. Mestinya dinas kesehatan baik provinsi dan kabupaten/kota mampu memaparkan peningkatan jumlah testing maupun tracing selama dua pekan.
"Tapi perlu diingat kalau testingnya tinggi tapi tidak di-tracing ya sama saja penularan tetap akan tinggi. Jadi harus berseiring. Tapi saya lihat tujuh hari ini tidak banyak berubah. Testing tinggi tapi tidak ada kenaikan signifikan setelah kedatangan Pak Presiden. Apalagi tracing, tidak banyak berubah," urainya.
BACA JUGA: Data Dinkes Vs IDI Jatim
Whindu menyebut, angka kematian akibat Covid-19 atau Case Fatality Rate (CFR) juga masih tinggi. Baik Jawa Timur, maupun CFR Surabaya di atas nasional. "CFR Nasional itu 5,1. Sedangkan Surabaya 7,8. Kalau Jawa Timur 7,4," sebutnya.
Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad belum lama ini mengatakan, ada keterlambatan penanganan Covid-19 di Jatim. Mengutip thebonza.com, data per 1 Juli 2020 rate of transmission atau tingkat penularan di Jawa Timur masih di atas satu, yakni 1,02.
"Saya kira kalau baru sekarang bicara konsep penanganan, kenapa kok tidak dua tiga bulan lalu segera dipaparkan dan dieksekusi,” kata Sadad.
Politisi Partai Gerindra itu berharap Pemprov Jatim bertindak cepat untuk menurunkan angka penularan Covid-19.
BACA JUGA: Terpapar Covid-19, Dokter Senior di Probolinggo Meninggal
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku berkomitmen mengerahkan upaya dan usaha sekuat tenaga untuk menekan kasus covid-19 di Jatim dalam dua minggu. Terutama untuk menekan angka pasien Covid-19 di Surabaya Raya yang menjadi episentrum.
Dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com sehari setelah kedatangan Presiden Joko Widodo, Sabtu 27 Juni 2020, Khofifah menyebut akan membentuk Tim Gabungan Surabaya Raya. "Diharapkan ada sharing sumber daya dan komitmen yang terukur," kata Khofifah saat itu.
Kemudian melancarkan tes, pelacakan, isolasi hingga memperbanyak ruang perawatan. Mantan menteri sosial itu menggandeng Tim Gabungan Covid-19 Hunter dari kepolisian dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Saat itu, Khofifah berjanji memaksimalkan mesin PCR yang ada di Jatim dengan kapasitas total 2.250 tes per hari. Ia menarget melakukan tes 13.500 spesimen dalam seminggu.
Kemudian, tracing minimal 20 orang per kasus positif dan penyediaan ruang isolasi yang lebih besar supaya isolasi menjadi nyaman, dalam hal ini keberadaan RS Darurat bisa dioptimalkan.
BACA JUGA: Jadi Tren Baru di Jatim, 42 Ibu Hamil Terinfeksi Covid-19
Terakhir adalah menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat dengan melibatkan seluruh elemen mulai ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influencer, pelaku usaha, dan elemen strategis lainnya. Tujuannya meningkatkan kepatuhan pemakaian masker dan kebiasaan mencuci tangan.
Untuk yang satu ini, Khofifah memang terlihat sering turun ke pusat-pusat keramaian seperti pasar, mal, utamanya di Surabaya Raya. Dirinya mengklaim 60 persen populasi menggunakan masker kain maka rate of transmission bisa di bawah satu dan kurva bisa turun.
Terakhir, terus berupaya menyiapkan tambahan kapasitas rumah sakit. Khofifah bersama Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) II, telah menyiapkan aplikasi sistem rujukan satu pintu atau one gate system.
Aplikasi ini untuk mempercepat penanganan covid-19 di Jatim dan membantu mengurangi angka kematian akibat terlambat dirujuk atau kamar yang overload.
Ditemui usai penyerahan obat avigan dari persatuan rumah sakit BUMN, Jumat 3 Juli 2020, Khofifah menyebut, ada tambahan 200 bed untuk rumah sakit darurat lapangan di Jalan Indrapura Surabaya. "Jadi harapannya ini akan bisa mendekatkan layanan kepada masyarakat," kata Khofifah.
Selain itu, mantan menteri sosial itu menyampaikan bahwa sudah mendapat bantuan tenaga kesehatan dari kementerian kesehatan. Namun sementara ini baru pada posisi diarahkan ke Soetomo. Selanjutnya akan disebar ke rumah sakit rujukan.
"Perhatian pemerintah pusat sudah luar biasa. Tapi saya tetap ingin sampaikan sebanyak-banyaknya dokter. Sebanyak-banyaknya rumah sakit, tetap yang dikedepankan kedisiplinan kita," tandasnya.
