Logo
Kepedulian Indonesia Penuhi Kebutuhan Gizi Anak Palestina

Palestina Alami Krisis Pangan

Reporter:

Rabu, 13 February 2019 16:05 UTC

Palestina Alami Krisis Pangan

no image available

JATIMNET.COM, Gaza - Krisis kemanusiaan di Tanah Palestina hingga kini terus berlangsung. Blokade di berbagai akses vital dilakukan Israel yang berkepanjangan menyebabkan perekonomian sipil Palestina, lumpuh.

Dampaknya di awal Februari 2019 sempat ada kesulitan dengan minimnya kebutuhan pokok seperti pangan terhadap anak-anak Palestina.

Zaher Al-Banna Kepala Dewan Orang Tua di sekolah organisasi PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, banyak siswa di sekolah-sekolah Palestina yang melewatkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Hal itu dikarenakan keterbatasan finansial keluarga mereka, akibat dari blokade Israel yang berkepanjangan. Buntutnya, banyaknya siswa kekurangan gizi, anemia, pusing, dan mengganggu anak-anak saat di sekolah yang menyebabkan sampai pingsan.

BACA JUGA: ACT Berikan Bantuan Pendidikan Terhadap Rohingya

"Potensi besar malnutrisi dapat terjadi di kalangan anak-anak di Palestina, khususnya Gaza," ujar Zaher.

Masalah kebutuhan pangan anak-anak Palestina pun tak luput dari perhatian masyarakat Indonesia. Secara berkelanjutan, bangsa Indonesia melalui ACT menyediakan santapan penuh gizi untuk warga Palestina, baik yang berada di Gaza maupun Yerusalem.

Sekitar 500-1000 porsi makanan siap santap terus diproduksi setiap harinya di Dapur Umum Indonesia di Gaza. Hal ini disampaikan oleh Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR) - ACT.

"Setiap hari 500 porsi didistribusikan ke sekolah. Sabtu (9/2), 500 porsi makanan siap santap diantarkan ke sekolah Al-Horriya di di Kota Gaza.  InsyaAllah pendistribusian panganan siap santap ini akan terus berlanjut," jelasnya.

Pendistribusian 500 porsi pangan kala itu merupakan implementasi zakat masyarakat Indonesia melalui Global Zakat - ACT, yang ditujukan untuk fakir dan miskin di Palestina.

BACA JUGA: ACT Gelar Konser Kemanusiaan bersama Melly Goeslaw

Faradiba menambahkan, pembagian panganan bergizi tersebut juga sebagai respons terhadap maraknya kasus malnutrisi di kalangan siswa di Gaza. Ratusan porsi itu dibagikan ke anak usia sekolah dasar hingga menengah di dalam kelas mereka. 

"Dengan adanya makanan bergizi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka," kata Faradiba.

Tingkat pengangguran tinggi

Zaher, seperti dikutip dari Paltoday menjelaskan, peringatan malnutrisi pada anak-anak ini seiring dengan semakin lesunya perekonomian di Palestina. Angka pengangguran yang tinggi menjadi penghalang untuk orang tua memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya.

Biro Statistik Pusat Palestina seperti dilansir dari Middle East Post mengatakan, angka pengangguran di Palestina meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini terlihat jelas dalam kurun waktu 2007-2017.

“Rentan usia pengangguran di Palestina umur 15-29 tahun pada 2007 berada di angka 30,7 persen, dan 2017 naik menjadi 41 persen,” ungkap perwakilan Biro Statistik Pusat Palestina.

Dirinci, wilayah Jalur Gaza memiliki peningkatan tercepat dalam urusan jumlah pengangguran. Tahun 2007 persentase pengangguran di angka 39,8 persen dan melejit menjadi 61,2 persen pada 2017.

Melonjaknya angka pengangguran ini besar disebabkan tutupnya 95 persen pabrik di Gaza.

Tutupnya pabrik di Gaza ini, jelas Ketua Asosiasi Pengusaha Palestina Ali Al-Hayek dikutip dari Middle East Post, menyebabkan 75 ribu orang kehilangan pekerjaan. Penutupan ini akibat adanya blokade Israel terhadap wilayah Palestina. “Ekonomi Palestina kini dalam fase berbahaya akibat blokade Israel,” kata Ali.

Di wilayah lain di Palestina, tepatnya Tepi Barat, peningkatan pengangguran juga meningkat dalam kurun waktu 10 tahun dari 2007-2017. Tahun 2007 silam angka pengangguran 25,6 persen dan meningkat 1,6 persen pada 2017.