Senin, 31 December 2018 06:07 UTC
Plt Ketua DPD Amphuri Jatim Mochamad Sufyan Arif (dua dari kiri). Foto: Baehaqi Almutoif.
JATIMNET, Surabaya – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Asosisiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh (Amphuri) Jawa Timur menyebutkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak terlalu mempengaruhi bisnis travel umrah. Meskipun nilai tukar rupiah telah naik sekitar 20 persen sepanjang tahun 2018.
“Menguatnya dolar AS terhadap rupiah memang membuat turun jumlah jemaah yang berangkat ke tanah suci, tapi tidak terlalu signifikan,” ujar Plt Ketua DPD Amphuri Jatim Mochamad Sufyan Arif di Surabaya, Senin 31 Desember 2018.
Mata uang rupiah memang sempat mencapai titik terendah pada posisi Rp 15.200 per dolar AS.
BACA JUGA: Rekam Biometrik Rugikan Agen Travel Umrah
Meski sempat menurunkan jumlah jemaah yang berangkat, tetapi secara keseluruhan keberangkatan masih terbilang mampu tumbuh menggembirakan. Sufyan menyebutkan, bisnis travel umrah masih mampu tumbuh antara 10-20 persen.
“Niat jemaah masih cukup tinggi untuk berangkat ke tanah suci, harga berapapun pasti diambil. Kenaikan (nilai tukar) dolar naik masih kecil pengaruhnya,” ungkapnya kepada Jatimnet.com.
Namun kondisi tersebut sepertinya diprediksi tidak bertahan memasuki tahun 2019. Sufyan memprediksi Januari diperkirakan akan turun sekitar 40 persen yang disebabkan penerapan aturan baru Pemerintah Arab Saudi.
Rekam biometrik yang disyaratkan bagi jemaah membuat penyedia jasa perjalanan umrah harus menjadwal ulang keberangkatan. Sebab sejumlah agen travel harus melakukan rekam biometrik terlebih dahulu terhadap calon jemaah yang hanya dilakukan di Surabaya dan Malang.
BACA JUGA: Riyal Jemaah Haji Untuk Gempa Bumi Lombok
Sementara Sekretaris DPD Amphuri Jatim Loekito Hardjo mengatakan penurunan bisnis travel umrah sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Desember ini. Hanya saja belum bisa dipastikan berapa persen penurunannya dibanding bulan sebelumnya.
“Sekarang ini kami belum petakan. Tapi yang jelas penurunannya cukup signifikan,” kata Loekito.
Ditaksir penurunan di Desember sudah terjadi sekitar 20 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi itu akan semakin parah pada Januari 2019 yang diperkirakan mencapai 40 persen.
