Selasa, 13 August 2019 10:17 UTC
KHAS. Penyajian kopi dengan cara disaring menjadi ciri khas kedai kopi Mbok Tajeng di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Foto: Karin Norhadini
AROMA khas kopi yang sedang digoreng (roasting) menelusup indra penciuman saat memasuki kedai kopi di Dusun Brejelkidul, Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
Asap putih berseliweran membawa aroma khas yang keluar dari proses penggorengan kopi di atas pawon (tungku) pembakaran.
Di dekat tungku, terlihat Tumina (43) atau Yuk Tum sedang mengaduk kopi yang digoreng dengan menggunakan wadah kuali yang terbuat dari tanah liat. Tangannya yang terbungkus sarung tangan cekatan mengaduk kopi yang sudah berwarna kehitaman.
BACA JUGA: Rahasia Menyeduh Kopi Tubruk Ala Kafe
Penggorengan kopi yang dilakukan Yuk Tum, di kedainya memiliki kekhasan tersendiri karena diproses dengan cara yang berbeda dibandingkan roastingan kafe-kafe yang menjamur di perkotaan.
Kedai ini berada di daerah Dawarblandong, sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Mojokerto sisi utara. Terkenal dengan daerah kering dan area hutan jati. Namun, ternyata menyimpan wisata kuliner kopi yang khas dan legendaris sejak 1972.
Kekhasan cita rasa kopi yang dikenal dengan kopi saring ini karena proses roasting atau menggoreng kopi dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Proses yang tidak dilakukan di kafe.
GORENG KOPI. Tumina atau biasa dipanggil Yuk Tum sedang menggoreng kopi dengan menggunakan cara tradisional. Foto: Karin Norhadini
Tempat roasting-nya juga unik, menggunakan kuali besar yang terbuat dari tanah liat. Biji kopi pilihan ditempatkan di wadah tersebut dan ditaruh di atas pawon (tungku) pembakaran.
Setelah cukup matang, lalu ditumbuk menggunakan alu. Proses penyajiannya juga memiliki ciri khas dengan menggunakan saringan yang telah disediakan.
Ketika pelanggan ingin minum, kopi dalam cangkir terlebih dulu dituang ke saringan yang di bawahnya sudah disiapkan lepek sebagai wadah.
BACA JUGA: Kopi Indonesia Skala Dunia
Konon, penyajian dengan cara seperti itu sudah dilakukan oleh almarhumah Mbok Tajeng dan tetap dilestarikan hingga generasi keduanya, Tumina atau biasa dipanggil Yuk Tum oleh para pelanggan.
Selain itu, bubuk kopi hasil tumbukan disimpan di wadah khusus yang sudah digunakan secara turun-temurun. Tak heran jika cita rasa kopi saring ini memiliki cita rasa yang khas.
Wardoyo (47) pedagang palawija di Dawarblandong mengaku telah menjadi salah satu pelanggan setia warung kopi ini sejak tahun 2005.
"Saya sudah hampir 14 tahun ngopi di sini. Sehari sampai tiga kali. Kopinya enak, gurih apalagi kalau minumnya sambil makan puli goreng atau pisang goreng,” kata Wardoyo sembari menyaring kopi dari cangkir ke lepek.
BACA JUGA: Geliat Bisnis Warung Kopi di Surabaya Coffee Era
Pembeli juga bebas melihat proses penggorengan kopi yang selalu dilakukan setiap hari sejak pukul 09.00 WIB.
Menurut suami Tuminah, Rodi (47), warung kopi ini sudah ada sejak tahun 1972 dan selalu menggunakan saringan dalam penyajiannya. Setipa hari, ia mengaku bisa menghabiskan 10 kilogram gula pasir dan 5 kilogram kopi.
"Pelanggan minum kopi menggunakan saringan sudah sejak almarhumah ibu mertua saya yang jualan. Kopinya kan kita tumbuk sendiri jadi kondisinya masih kasar dan akhirnya menjadi ciri khas kami," kata Rodi di sela-sela mengaduk kopi pesanan pelanggan.
Ia menjelaskan, ada tiga takaran untuk pelanggan kopi di kedainya. Pahit, sedang, dan manis. Takaran kopi dan gulanya juga berbeda-beda. Proses mengaduknya juga harus berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 60 kali. “Agar rasanya pas,” katanya yakin.
MENIKMATI. Para pelanggan kopi saring Mbok Tajeng sendang menikmati kopi saring yang diproses secara tradisional. Foto: Karin Norhadini
Meski terkenal, namun harga kopi di kedai ini sangat murah. Pelanggan bisa memesan cangkir besar yang dihargai Rp 3 ribu dan cangkir kecil dengan harga Rp 2 ribu.
Para pelanggannya tak mengenal usia, mulai anak-anak remaja, orang tua, petani sampai aparat biasa ngopi di kedai tersebut. Tak heran, pendapatan bersih per bulan kedai ini cukup lumayan, antara Rp 6-8 juta per bulan.
Jika Anda sedang melintas di Dawarblandong, jangan ragu untuk mampir di kedai kopi saring Mbok Tajeng untuk merasakan kekhasan kopinya.
