Logo

Menteri BUMN: Inka Sudah Harus Ganti Nama

Reporter:,Editor:

Kamis, 18 July 2019 03:55 UTC

Menteri BUMN: Inka Sudah Harus Ganti Nama

BENGKEL PRAKTIK: Menteri BUMN, Rini Soemarno meninjau bengkel praktik jurusan las dan mesin di SMK Negeri 1 Glagah, Banyuwangi, Rabu 17 Juli 2019. Foto: Ahmad Suudi.

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengatakan PT Industri Kereta Api (Inka) sudah harus berganti nama karena kemajuan teknologi yang dihasilkan. Hal itu disampaikannya setelah penandatanganan nota kerjasama pembukaan kelas khusus perkeretaapian PT Inka dan SMK Negeri 1 Glagah, Banyuwangi, di aula sekolah tersebut, Rabu 17 Juli 2019.

Dia mengatakan kini Inka juga telah mengembangkan produk kereta yang digerakkan energi listrik, diesel dan biodisel. Sehingga istilah yang lebih tepat adalah kereta, bukan kereta api yang mengarah pada kereta uap teknologi lama.

"Inka ini sudah harus ganti nama, karena sekarang namanya kereta. Bukan kereta api, karena ada kereta listrik, kereta diesel," kata Rini.

Apalagi, biodisel yang mengandung minyak kelapa sawit mendorong mengurangi impor energi. Pertemuan di SMK Negeri 1 Glagah dihadirinya setelah meninjau lokasi pembangunan pabrik baru PT Inka di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

BACA JUGA: Inka Bangun Pabrik, SMK di Banyuwangi dan Jember Siap Pasok Tenaga Kerja

Dalam produknya nanti Inka menggandeng Stadler Rail Group dari Swiss untuk kereta penumpang. Progress Rail dari Amerika juga bekerjasama dalam produksi lokomotif atau penggerak kereta.

Kedua unit produksi berada di satu kawasan seluas 83 hektare yang tengah dibangun yang menjadi tempat kerjasama join venture ketiga perusahaan. Pembangunan pabrik kereta baru dengan anggaran Rp 1,6 triliun itu ditargetkan selesai Agustus 2020.

Sebelumnya Direktur Utama PT Inka, Budi Noviantoro menjelaskan, baik Stadler maupun Progress, mengirimkan produknya ke Taiwan dan Australia. Setelah produksi dengan Inka di Banyuwangi bisa dilakukan, pasokan ke dua negara itu akan dikirimkan dari Indonesia.

"Kami akan sediakan mesin yang gede-gede, mereka melengkapi dengan peralatan kecil-kecil, robotik, berteknologi tinggi," kata Budi setelah penandatanganan nota kerjasama ketiga pihak, Kamis 7 Maret 2019.

BACA JUGA: Banyak Pesanan, Pabrik Inka Banyuwangi Ditarget Beroperasi Tahun Depan

Transfer pengetahuan juga dilaksanakan dimana tenaga-tenaga Inka akan dilatih dua perusahaan asing selama dua atau empat bulan dan magang sementara sebelum kembali ke Inka. Saat itu Budi mengatakan jumlah tenaga kerja baru yang akan diterima dua ribu orang.

Sementara kelas khusus yang dibuka di jurusan las dan mesin SMK Negeri 1 Glagah menjadi bagian menyiapkan tenaga dengan kemampuan yang telah disesuaikan kebutuhan industri. Selain itu ada beberapa SMK lain di Banyuwangi dan Jember yang akan membuka kelas serupa.

"Kami berharap nanti saat pabrik jadi tenaga siap, karena industri kereta api agak khusus sifatnya," katanya.