Sabtu, 14 June 2025 03:00 UTC
SEJARAH. Pengunjung melihat koleksi sejarah di Museum Tengger, Sabtu, 14 Juni 2025. Foto: Zulafif
JATIMNET.COM, Probolinggo – Berkunjung ke Gunung Bromo, Jawa Timur, tak melulu soal sensasi mengejar matahari terbit atau sunrise dari atas bukit.
Ada sisi lain dari destinasi eksotis ini yang sayang untuk dilewatkan, yakni menyingkap lembaran budaya dan sejarah Suku Tengger, penduduk asli lereng Gunung Bromo.
Bagi yang ingin tahu lebih dalam tentang adat istiadat dan kearifan lokal masyarakat Tengger, Museum Tengger di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, bisa menjadi persinggahan yang sarat makna.
Museum yang terletak di kaki Gunung Bromo ini menyimpan aneka koleksi peninggalan benda bersejarah yang merekam perjalanan panjang budaya suku Tengger.
BACA: Pelaku Usaha di Bromo Sambut Positif Mendagri Izinkan Pemda Gelar Rapat di Hotel dan Resto
Mulai dari foto-foto lawas, pakaian adat pernikahan, hingga benda pusaka peninggalan era Kerajaan Majapahit, Blambangan, dan Kabudan.
Tak ketinggalan, patung replika pasangan legendaris Joko Seger dan Roro Anteng, yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat Tengger, juga terpajang gagah menyambut para pengunjung.

SEJARAH. Patung Joko Seger di Museum Tengger, Sabtu, 14 Juni 2025. Foto: Zulafif
"Dulu saya pikir suku Tengger hanya terkenal karena tradisi Kasada, tapi setelah masuk museum ini rasanya seperti diajak kembali ke masa silam.," ujarnya, Sabtu, 14 Juni 2025.
Penjaga museum sekaligus narasumber sejarawan lokal, Tunggul Girinata, menjelaskan bahwa suku Tengger merupakan komunitas Hindu kuno yang telah mendiami kawasan ini sejak abad ke-11.
BACA: Fadli Zon Dikukuhkan jadi Sesepuh Kehormatan Tengger
Temuan-temuan arkeologis yang dipamerkan di museum merupakan bukti eksistensi mereka sejak masa kerajaan Medang Kamulyan.
"Sebagian besar koleksi ini ditemukan di sekitar Gunung Bromo, seperti Desa Sapikerep dan Ngadisari. Berdasarkan penelitian, usia benda-benda ini memang berasal dari abad 11 hingga 13," kata Tunggul.
Suku Tengger merupakan subetnis Jawa yang dikenal dengan gaya hidup sederhana, namun sarat filosofi.
Mereka masih menjaga tradisi turun-temurun, mulai dari sistem kalender sendiri hingga upacara keagamaan, seperti Yadnya Kasada yang digelar setiap tahun di kawah Bromo.
Jadi, jika liburan ke Bromo terasa kurang berwarna, cobalah mampir ke Museum Tengger.
Di balik dinginnya kabut pegunungan, tersimpan hangatnya kisah tentang identitas, kepercayaan, dan kebanggaan sebuah suku yang terus bertahan dalam arus zaman.