Logo

Meminta Hujan, Warga Blitar Gelar Seni Tiban

Reporter:,Editor:

Rabu, 25 September 2019 02:44 UTC

Meminta Hujan, Warga Blitar Gelar Seni Tiban

ADU CAMBUK: Peserta Tiban atau adu cambuk di arena panggung bambu di Blitar, sebagai seni tradisi meminta hujan. Foto: Yosibio.

JATIMNET.COM, Blitar - Masyarakat Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar menggelar tradisi meminta hujan dengan menggelar seni adu cambuk (Tiban).

Tradisi yang sudah turun temurun dilakoni di daerah Mataraman, termasuk Blitar dilakukan saat musim kemarau panjang melanda, dimana para petani sangat mengharap turunnya hujan membasahi sawah ladang mereka. Pelaksanaannya hingga turunya hujan seperti harapan petani dan masyarakat.

Pantauan Jatimnet.com, Tiban dilakukan saat dua peserta mulai dari anak-anak hingga dewasa adu cambuk di atas arena atau panggung. Musik gamelan Jawa mengiringi adu cambuk dari lidi pohon aren.

Seni adu cambuk juga ada wasit yang akan mengatur jalanya adu cambuk. Peserta bertelanjang dada dan dilengkapi dengan alat cambuk, serta helm untuk menghindari cambuk mengenai wajah atau kepala. Karena dalam aturannya, adu cambuk diperbolehkan hanya mengenai bagian atas pusar hingga bawah leher peserta.

BACA JUGA: Tiga Hektar Hutan Maliran Blitar Terbakar

Setiap peserta secara bergantian melepaskan sabetan cemeti atau cambuk, tiga kali bergantian. Bagi peserta yang dicambuk juga diperbolehkan menangkis cambukan lawan dengan tameng cambuk yang dilengkungkan dengan kedua tangan.

Tak ayal, peserta adu cambuk juga mengalami luka goresan bahkan hingga berdarah di tubuhnya. Namun sportifitas dalam adu cambuk ini dijunjung tinggi, karena tidak ada dendam antar peserta meskipun di arena keduanya beradu strategi dan beradu keahlian mencambuk lawannya. Konon dahulu warga percaya darah yang mengucur sebagai pertanda hujan akan segera turun.

"Itu sebagai ungkapan kepedihan petani, keyakinan masyarakat saat itu, karena mereka terlalu lama menanti turunya hujan," ungkap Muzaki Ahmad Setiawan, 38, Ketua Panitia Tiban, Selasa 24 September 2019 sore.

Seperti yang dilakukan pemuda Dusun Centong, Desa Sawentar yang menggelar Tiban akan berlangsung hingga satu bulan ke depan, dengan peserta merupakan jawara Tiban se eks Karesidenan Kediri. Menempati areal pekarangan warga, mereka menyiapkan panggung bambu berukuran sekitar 4x4 meter dengan tinggi sekitar dua meter.

BACA JUGA: Kanim Blitar Deportasi 11 WNA Sepanjang Tahun 2019

Kegiatan amal didapatkan dari dana parkir penonton yang selalu membeludak setiap acara tahunan digelar.

"Selain meminta hujan, kegiatan ini untuk penggalian dana pembangunan musala di Lingkungan Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro. Biasanya dimulai dari sehabis Salat Zuhur atau sekitar jam satu siang hari, sore hari sekitar Asar," tambah Muzaki atau biasa disapa Zaki.

Seiiring perkembangan zaman, tradisi seni Tiban atau adu cambuk ini, rutin digelar setiap musim kemarau juga sekaligus berpotensi sebagai wisata budaya. Di Kabupaten Blitar sendiri, banyak kebudayaan yang masih terpendam dan perlu dilestarikan sebagai kekayaan daerah dan bisa menjadi dan bisa berpotensi sebagai wisata.

"Salah satunya Tiban ini yang perlu dilestarikan sebagai tradisi leluhur. Kalau bukan kita generasi muda siapa lagi yang akan melestarikan," pungkas Zaki.