Senin, 18 January 2021 06:20 UTC
dr. Ruchyta Ranti saat memberi pemahaman penanganan kelainan refraksi.(Foto/Esti KMU)
JATIMNET.COM, Gresik - Sebagai penderita kelainan refraksi atau dalam bahasa medisnya ametropia seperti minus, silinder, rabun dekat, sering dibingungkan dengan pertanyaan lebih baik terus menerus menggunakan kacamata atau lasik (laser-assisted in-situ keratomileusis) saja.
Pada dasarnya, memilih menggunakan kacamata atau memilih operasi mata lasik tentu membantu penderita gangguan refraksi untuk kembali melihat lebih jelas.
Dokter Spesialis Mata Klinik Mata KMU (kesehatan mata utama) dr. Ruchyta Ranti, SpM menjelaskan, gangguan refraksi ini memang membuat seseorang menjadi tidak nyaman, penglihatan akan kabur dan menjadi tidak jelas.
Hal ini pasti akan menghambat aktivitas atau produktivitas seseorang. Karena itu, membutuhkan bantuan untuk bisa melihat lebih jelas, dan alat bantu paling sering disarankan dan terjangkau bagi masyarakat adalah kacamata.
Lalu, alasan kenapa kacamata ditanggung oleh BPJS Kesehatan, jelas dokter yang berpraktik di Klinik Mata KMU Gresik, Sidoarjo, Madura dan Lamongan ini. Karena kacamata merupakan alat bantu penglihatan yang paling sering digunakan.
Tetapi ada pilihan lain yang terbilang favorit dan banyak diinginkan oleh para penderita gangguan refraksi. Yaitu melalui tindakan bedah refraktif, atau yang biasa dikenal operasi Lasik (laser-assisted in situ keratomileusis) atau tindakan bagi gangguan penglihatan (kelainan refraksi).
“Agar mendapatkan penglihatan jarak jauh yang lebih jelas dan tajam. Mau memilih kacamata atau Lasik, semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing," katanya pada rilis resminya, Senin 18 Januari 2021.
dr. Ruchyta Ranti kembali menerangkan, jika lebih nyaman menggunakan kacamata, maka lakukan hal-hal agar tetap nyaman dan sehat.
Periksa mata berkala, minimal satu bulan sekali untuk mengetahui perkembangan minus atau silinder pada mata, pilih kacamata yang nyaman, bahan dan bentuk kacamata memengaruhi kenyamanan pemakaian.
Mengaplikasikan gaya hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat dan menjaga kesehatan mata dengan menerapkan strategi 20-20-20 yakni setelah 20 menit bekerja di depan komputer, istirahat sejenak melihat objek lain di jarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik.
Sementara jika lebih memilih operasi Lasik, maka lakukan hal-hal ini sebelum Lasik agar segera bebas kacamata, seperti melakukan konsultasi dengan dokter mata mengetahui kondisi kesehatan dan pemilihan teknik operasi hingga kebutuhan medis lainnya.
Kemudian melakukan persiapan sebelum Lasik, termasuk melepas lensa kontak, penggunaan kosmetik, hingga memastikan kondisi kesehatan mata.
Terakhir memilih tempat Lasik terbaik, lakukan survey, karena Lasik harus dilakukan oleh profesional dengan mengedepankan kenyamanan dan keamanan.
Apapun pilihannya, kacamata atau Lasik semuanya adalah sebuah solusi bagi penderita gangguan refraksi agar lebih jelas melihat, tentunya dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing.
"Karena itu, penderita kelainan refraksi harus rutin memeriksakan mata, berprilaku dengan gaya hidup sehat dan mengonsumsi makanan sehat agar penglihatan tetap nyaman," kata dr. Ruchyta Ranti mempungkasi.