Senin, 28 October 2019 15:54 UTC
Foto: Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Isu komersialisasi Pendidikan yang disampaikan dalam unjuk rasa dirasa penting. Diterangkan perwakilan Front Mahasiswa Nasional Universita Airlangga, Alfa bahwa isu komersialisasi pendidikan telah menutup akses anak kaum buruh dan petani.
Alfa mencontohkan salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya, Universitas Airlangga memiliki tarif pendidikan yang cukup tinggi. Besaran uang kuliah di level dua dan tiga paling rendah Rp 3,750 juta hingga Rp 15 juta. Sementara uang kuliah awal paling rendah Rp 20-Rp 99 juta.
“Besaran ini menutup akses pendidikan bagi keluarga buruh maupun tani,” kata Alfa ditemui di sela aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan, Surabaya, Senin 28 Oktober 2019.
BACA JUGA: Buruh dan Mahasiswa Desak Khofifah Sampaikan Pesan ke Jokowi
Hal tersebut diperkuat dengan orientasi pendidikan untuk pemenuhan lapangan kerja. Menurutnya, hal tersebut bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kementerian akan terus mendorong program vokasional yang justru kami duga untuk menopang kebutuhan tenaga kerja murah milik borjuasi di Indonesia,” sambungnya.
Pihaknya juga meragukan kapasitas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem yang turut membawahi bidang pendidikan tinggi.
BACA JUGA: Unair Berencana Buka Fakultas Teknik Tahun Ajaran 2020-2021
Sebagai seorang pengusaha besar yang terhubung dengan Google, Allianz Strategi Investment, Rakuten Europe SHRL, serta kerjasama dengan Sinar Mas Group dan Astra, ia khawatir pendidikan tinggi dihubungkan dengan ilusi pengembangan teknologi, wiraswasta, dan pengembangan SDM yang tidak relevan.
“Latar belakang Nadiem tidak memiliki kompetensi sama sekali untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan Indonesia," tutupnya.