Logo

Lesunya Ekspor Non Migas Pengaruhi Neraca Perdagangan Jatim

Reporter:,Editor:

Jumat, 15 February 2019 09:14 UTC

Lesunya Ekspor Non Migas Pengaruhi Neraca Perdagangan Jatim

Lesunya ekspor emas dan perhiasan menyebabkan neraca perdagangan Jatim terseok-seok pada Januari 2019. Foto: Dok.

JATIMNET.COM, Surabaya – Neraca perdagangan Jawa Timur pada bulan Januari 2019 tergelincir 0,522 miliar dolar Amerika Serikat. Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan defisit pada Januari 2018 yang tercatat 0,426 miliar dolar AS.

Defisit tersebut disebabkan lesunya ekspor non migas sepanjang Januari 2019. Pada Januari 2019 ekspor non migas tercapai 1,5 miliar dolar AS, sedangkan di bulan Januari 2018 tercapai 1,6 miliar dolar AS.

“Turunnya ekspor pada Januari 2019 disebabkan permintaan ekspor sektor non migas menurun, khususnya pada komoditas perhiasan emas dan permata,” kata Kepala Bidang Statistik Distrubusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Satriyo Wibowo, Jumat 15 Februari 2019.

BACA JUGA: Permintaan Emas Dunia Lesu, Peringkat Ekspor Jatim Turun

BPS Jatim mencatat ekspor emas dan perhiasan pada Januari 2019 tercapai 186 juta dollar AS. Nilai tersebut terseok-seok dibanding dengan Januari 2018 yang turun 32 persen, sedangkan dibandingkan dengan Desember 2018 turun 18,88 persen.

Meski demikian, emas masih menjadi salah satu backbone (komoditas utama) ekspor Jatim sepanjang Januari 2019, dengan kontribusi ekspor non migas sebesar 12,62 persen.

“Untuk perhiasan dan permata masih menduduki peringkat pertama ekspor tertinggi seperti bulan-bulan sebelumnya, meskipun menurun nilanya,” katanya.

Selain emas, beberapa komoditas lainnya turut turun, di antaranya kayu, barang dari kayu; ikan dan udang; lemak dan nabati hewan/ nabati; daging dan ikan olahan; dan alas kaki.

BACA JUGA: BI Jatim Upayakan Inflasi Triwulan I Capai 2,1 Persen

Sedangkan untuk impor, lanjut Satriyo, wilayah Jatim paling banyak mengimpor besi dan baja sebesar 227 juta dolar AS dan yang kedua mesin-mesin dan mekanik pesawat senilai 220 juta dolar AS.

Satriyo menjelaskan, meskipun dalam periode tahunan ekspor menurun, pada Januari 2019 ekspor Jatim masih naik sebesar 0,04 persen dibanding Desember 2018 atau turun 5,2 persen dibandingkan dengan Januari 2018. Naiknya nilai ekspor dipengaruhi perkasanya ekspor migas yang mencapai 47,21 juta dollar AS.

Satriyo berharap ada komoditas lain yang mampu digenjot pemerintah untuk menaikkan nilai ekspor non migas, seperti ekspor ikan dan hasil olahannya.

“Kalau kita lihat potensinya bahan kimia dan organik masih bisa digenjot. Begitu juga dengan ikan udang dan olahannya berpotensi besar. Jadi masih bisa berkembang,” katanya.