Logo

Legenda Batu Numpuk Baluran, dari Mistik hingga Nama Resor

Reporter:,Editor:

Senin, 14 October 2019 05:56 UTC

Legenda Batu Numpuk Baluran, dari Mistik hingga Nama Resor

BATU NUMPUK. Situs Batu Numpuk di Taman Nasional Baluran. Legenda rakyat mewarnai keberadaan lokasi itu hingga populer dan dijadikan nama resor Perhutani. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo- Bagi warga sekitar Taman Nasional Hutan Baluran (TN Baluran), situs “Batu Numpuk” memiliki kisah tersendiri. Selain diyakini memiliki kekuatan gaib, batu tersebut sangat melegenda hingga dijadikan nama Resor Perhutani.

“Resort Watunumpuk SPTN W II Karangtekok di Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Situbondo diambilkan dari nama situs tersebut,” kata seorang warga Tikno pada Jatimnet.com, Minggu 13 Oktober 2019.

SPTN W adalah singkatan dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah.

BACA JUGA: Teror Penampakan Pocong Gegerkan Warga Probolinggo

Batu Numpuk berasal dari bahasa Madura yang berarti batu bersusun. Nama itu pemberiaan seorang pertama sekaligus pembuat benda pusaka bernama Mpu Dadap. Konon, Sang Mpu membuat benda-benda pusaka seperti cincin dan keris berbahan lempengan batu bertuah di lereng Gunung Baluran.

Suatu ketika, Sang Mpu dan pengikutnya mengambil batu bersusun tersebut untuk dijadikan bahan benda pusaka. Namun keanehan terjadi, tiga rangka batu besar yang tersusun itu mendadak raib dari rumahnya. Keanehan kembali terjadi, batu-batu itu ditemukan tersusun kembali di tempat asalnya.

“Berdasarkan cerita orang terdahulu, kejadian yang melegenda tentang batu susun itu terjadi sekitar tahun 1920, saat Sang Mpu hendak mengambil batu tersebut,” katanya, mengisahkan.

BACA JUGA: Warga Blitar Kembali Temukan Benda Purbakala di Situs Gedog

Menurut Tikno, setiap malam Jumat selalu saja ada warga yang datang ke situs Batu Numpuk. Tujuannya beragam, tapi umumnya seputar perkara spiritual. “Orang percaya batu itu keramat,” katanya.

Kepala Resort Watunumpuk Abdurokhman Saleh mengaku sering melihat ada orang datang ke Batu Numpuk. Konon mereka yang datang ke tempat itu pasti memiliki hajat tertentu. “Saya kan selalu di sini, memang sering melihat orang di situ,” katanya.