Minggu, 07 April 2019 08:27 UTC
Ilustrasi
JATIMNET.COM, Surabaya – Korea Selatan dan dua perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat, AT&T dan Verizon, saling berebut klaim terdepan dalam teknologi jaringan 5G. Pengakuan publik dipercaya akan mendatangkan berbagai keuntungan di tahun 2035.
Rabu lalu di Korea Selatan, Reuters menerbitkan cerita dengan kutipan pejabat Korsel mendeklarasikan kemenangan di atas Amerika Serikat dan Cina, sebagai negara terdepan dalam merilis jaringan telekomunikasi generasi ke 5.
Namun, setelah artikel terbit, AT&T Inc dan Verizon Communication menyatakan kemarahan dan menolak pernyataan Korsel, dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters, pada Rabu yang sama, dikutip dari Reuters, Kamis 5 April 2019.
AT&T mengatakan, jika mereka adalah pemenangnya, karena mereka telah mengumumkan lebih dulu, yaitu pada Desember 2018, untuk merilis jaringan 5G di 12 kota di Amerika.
BACA JUGA: Korsel Negara Pertama di Dunia yang Punya Jaringan 5G
Meskipun, jaringan itu hanya tersedia pada konsumen yang memiliki gawai wifi portabel, bukan pada ponsel 5G.
Verizon juga mengklaim jika mereka lebih dahulu. Beberapa jam setelah Reuters menulis laporan itu, Verizon mengklaim telah merilis jaringan 5G, dan akan tersedia di ponsel Motorola terbaru, meskipun hanya untuk layanan di Chicago dan Minneapolis.
“Kami percaya dengan artikel kami,” kata juru bicara perempuan Reuters.
Intensitas saling klaim di antara perusahaan, memunculkan adanya pertaruhan yang tinggi dalam pertempuran supremasi atas industri yang diharapkan mampu membelanjakan USD 275 miliar selama tujuh tahun di AS saja, menurut perkiraan Accenture.
BACA JUGA: Ponsel 5G Dipasarkan di Cina Tahun Ini
Pemenangnya, akan dilihat sebagai pemain utama dalam menghasilkan USD 12,3 triliun dalam pendapatan tahunan, di berbagai industri di tahun 2035, menurut IHS Markit.
Teknologi yang bisa menyediakan kecepatan data 20 kali lebih cepat dibandingkan 4G, juga akan menandai kemajuan era mendatang, dari mobil swa kemudi, dan realitas tertambah (ar), hingga kota pintar dan kecerdasan buatan.
“Menjadi yang pertama adalah hal penting dalam industri kami, dan kami menginginkan pengakuan itu,” kata juru bicara AT&T.
Ia menambahkan, jika perusahaan telah menghabiskan sekitar USD 130 miliar selama lima tahun terakhir, untuk memperbaiki jaringannya.
BACA JUGA: Benarkah Teknologi 5G Tahun Ini Belum Sempurna?
Menjadi yang pertama, juga menjadi masalah kebanggan nasional.
I want 5G, and even 6G, technology in the United States as soon as possible. It is far more powerful, faster, and smarter than the current standard. American companies must step up their efforts, or get left behind. There is no reason that we should be lagging behind on.........
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 21 Februari 2019
Sehingga sangat menarik, ketika Presiden AS Donald Trump berencana mendominasi masa depan telekomunikasi, ia menemukan teknologi yang belum eksis saat ini, yaitu 6G, pada cuitan 21 Februari.
“Saya mau 5G, dan bahkan 6G, teknologi di AS secepatnya. Ini jauh lebih cepat, kuat dan cerdas dibanding standar lain. Perusahaan Amerika harus meningkatkan upayanya, atau tertinggal,” cuitnya.
Gedung Putih tidak segera memberikan respon atas permintaan konfirmasi.
BACA JUGA: 70 Persen Operator Dunia Fokus Pada 5G, Penelitian Nokia
Sejumlah ahli berpendapat, jika berebut klaim akan berdampak sedikit pada konsumen. “Alasannya adalah pertempuran ini hanya sebatas uap pemasaran, daripada evolusi jaringan,” kata Craig Moffet, analis telekom dan komunikasi di Moffet Nathanson.
“Mereka tersandung kaki sendiri, ketika mengklaim merekalah pemilik jaringan 5G,” katanya. “Tapi kami tahunan tertinggal dalam dampak nyata yang bisa dirasakan pengguna,”.