Logo

Kisah Pria Tuna Netra Penghafal Alquran

Reporter:

Selasa, 11 September 2018 10:00 UTC

Kisah Pria Tuna Netra Penghafal Alquran

Abdul Manan saat memberi sambutan di depan wisudawan wisudawati Tahfidz Alquran di Gedung DBL Arena, Surabaya, Selasa 11 September 2018. FOTO: Afiyah Romadhoni.

JATIMNET.COM, Surabaya – Tahun baru Hijriah kali ini diwarnai dengan prestasi dari pria penyandang tuna netra yang hafal Alquran 30 juz, yaitu Abdul Manan. Pria ini mendapatkan gelar ‘Tahfidz’ nya di usia 48 tahun di acara Wisuda Tahfidz Alquran, yang diselenggarakan di Gedung DBL Arena Surabaya Selasa, 11 September.

“Di awal tahun 2009 saya mulai merasa gelisah karena dengan kekurangan saya yang sudah tidak dapat melihat lagi, bagaimana saya bisa agar tetap membaca Alquran. Sehingga saya putuskan untuk mulai menghafal Alquran,” kata Abdul Manan.

Pria yang berprofesi sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pondok Pesantren Badridduja Kraksan, Probolinggo ini mengaku tidak menemui kesulitan dalam proses menghafal. Ia mengatakan, alat yang membantu untuk menghafal Alquran adalah dengan berulangkali mendengarkan rekaman murotal yang sudah ada di HP miliknya.

“Alhamdulillah tidak ada kesulitan. Bahkan rasanya saya selalu mendapat kemudahan dan berkah dari hafalan saya ini,” katanya.

Selama delapan bulan, Manan dapat menyelesaikan 30 juz hafalan. Manan juga mengatakan jika niat untuk menghafal sudah ada, lalu diikuti istikamah maka semua jalan akan dimudahkan Allah. Manan juga berpesan untuk generasi muda untuk senantiasa dekat dan menghafal Alquran.

“Bukan karena usia ataupun kekurangan, menjadi tahfidz Alquran itu soal niat dan istikamah saja. Insya Allah, Allah akan selalu memudahkan jalan tiap para penghafal Alquran,” pungkasnya.

Kebutaan yang dialami Abdul Manan terjadi pada tahun 2007. Kala itu Manan tiba-tiba menderita sakit pada sarafnya hingga menyebabkan koma. Manan sendiri tidak mengetahui secara persis penyakit yang dideritanya dan membuatnya dirawat di salah satu rumah sakit di Probolinggo. Sejak saat itu dia mengalami kebutaan hingga hari ini.

Abdul Manan menjadi salah satu wisudawan terbaik di acara itu. Dua wisudawan/wisudawati yang terbaik lainnya adalah Sri Lestari, seorang pensiunan yang mulai belajar Alquran sejak 8 tahun yang lalu, dan sekarang sudah hafal 17 juz.

Sedangkan yang terakhir adalah Arifin Soleh. Seorang wiraswasta kontraktor baja ini sudah hafal 15 juz Alquran. Arifin juga mengatakan menghafal Alquran di waktu yang luang dan di waktu yang sibuk itu memiliki potensi yang sama. Sehingga perlu pandai memanfaatkan waktu.

“Di dunia ini ada tiga perampok waktu; TV, Sosial media dan waktu perjalanan. Jadi hati-hati dengan perampok waktu. Dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya waktumu untuk selalu dekat dengan Alquran,” kata Arifin.