Logo

Kenang Korban Bom Surabaya, Putri Gus Dur: Jangan Mudah Diadu Domba

Reporter:

Sabtu, 25 August 2018 09:48 UTC

Kenang Korban Bom Surabaya, Putri Gus Dur: Jangan Mudah Diadu Domba

Anita Hayatunnufus Wahid dalam peringatan 100 hari korban bom Surabaya di Warung Mbah Cokro Surabaya, Jumat 24 Agustus 2018 malam. Foto Fahmi Aziz

JATIMNET.COM, Surabaya – Putri Presiden RI ke-4 KH.Abdurrahman Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, mengatakan radikalisme bukan monopoli agama dan kelompok tertentu. Radikalisme muncul karena ada perasaan menjadi yang lebih tinggi di antara kelompok lain.

Pernyataan itu disampaikan Anita dalam peringatan 100 hari korban bom Surabaya, yang digelar Aliansi Persaudaraan Lintas Iman Suroboyo di Warung Mbah Cokro Surabaya, Jumat 24 Agustus 2018 malam.

Menurut dia, para orang tua kita dahulu sudah mengajarkan nilai persaudaraan dan menghargai perbedaan. Dari mereka, kita juga belajar selalu mengutamakan klarifikasi dan menahan diri agar tak mudah terjebak dalam konflik. “Jangan mudah diprovokasi dan jangan mudah diadu domba,” katanya.

Mencegah radikalisme bisa dilakukan dengan cara menghargai perbedaan. Hidup berdampingan dengan bermacam perbedaan bukanlah masalah. “Tanamkan sejak dini di semua lini,” kata dia.

Dalam perbedaan juga ada persamaan. Ia mengatakan carilah persamaan dalam perbedaan itu. Sehingga dari keragaman itu muncul energi dan kekuatan yang bermanfaat untuk membangun bangsa.

Peristiwa bom di Surabaya pada Mei lalu, ia mengatakan, meski menyebabkan sedikitnya 25 korban jiwa, tapi nyatanya bangsa ini bisa bangkit. Berbekal persaudaraan dan sikap saling menghargai itulah masyarakat bisa bangkit dari tragedi itu.