Kamis, 01 August 2019 15:12 UTC
MASIH PEDAS. Tingginya harga cabai di tingkat petani yang mencapai Rp 70.000 per kilogram mendorong inflasi bulan Juli. Foto: Dok.
JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi di Jatim bulan Juli mencapai 0,16 persen. Laporan BPS Jatim, inflasi tertinggi terjadi di Kediri yang mencapai 0,44 persen.
Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono mengatakan, inflasi yang terjadi di Jatim disebabkan tingginya harga cabai rawit beberapa pekan terakhir. Perubahan harga cabai rawit dibanding Juni mencapai 128,71 persen, dengan andil inflasi 0,09 persen.
“Kedua adalah emas dan perhiasan, karena harganya di pasar internasional terus naik. Sedangkan andil inflasi ketiga adalah daging ayam ras,” ujar Teguh di Surabaya, Kamis 1 Agustus 2019.
BACA JUGA: Inflasi Juli Didorong Tingginya Harga Bahan Makanan
Meski secara persentase perubahan harga tidak terlalu besar, hanya 3,42 persen, tetapi andil inflasi emas dan perhiasan bulan ini cukup besar, yakni 0,05 persen. Sedangkan daging ayam ras pengaruhnya pada inflasi bulan ini 0,45 persen, dan persentase perubahannya 3,97 persen.
Teguh berharap kenaikan harga cabai rawit bisa segera terkoreksi, sehingga dapat menekan inflasi bulan berikutnya. Menurut hitungannya, tanaman cabai rawit yang dimulai Mei, karena mengalami keterlambatan awal tanam padi, segera panen Agustus.
BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Petani Melejit
“Mudah-mudahan Agustus sudah ada yang panen dan kalau sudah panen, tidak akan meloncat untuk cabai rawit," ungkapnya.
Sementara itu, secara keseluruhan inflasi yang terjadi di Jatim masih terkendali. Angka 0,16 persen jauh di bawah nasional yang mencapai 0,31 persen.
“Juli pengendalian inflasi atau harga di Jatim cukup bagus. Bahkan kalau kita kumulatifkan sepanjang tahun ini dari Januari sampai Juli inflasinya baru 1,32 persen,” bebernya.