Rabu, 16 January 2019 03:52 UTC
Kepala BPS Jatim Teguh Pramono. Foto: Baehaqi Almutoif
JATIMNET.COM, Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengungkapkan bahwa kemiskinan di Jatim turun 0,13 persen atau tinggal 10,85 persen dari total penduduk. Menurut Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, kemiskinan ini menyisakan kelompok hard rock atau sulit diangkat dari garis kemiskinan.
“Hard rock atau batu padas ini dalam realitas kemiskinan terdiri dari orang-orang yang sudah sepuh, orang dengan kebutuhan khusus dan di tempat terpencil,” ujar Teguh saat rilis kinerja kemiskinan Jatim di Kantor BPS Jatim, Selasa 15 Januari 2019.
BACA JUGA: Capres-cawapres Harus Fokus Entas Kemiskinan dan Lapangan Pekerjaan
Ia menyebutkan, untuk mengatasi hard rock ini akan lebih sulit dibanding sebelumnya. Pasalnya, indikator untuk mengentas pendapatan semisal memberikan pekerjaan kepada golongan tersebut terkendala usia hingga tempat tinggal yang terpencil.
BPS Jatim pun menyarankan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim lebih menggiatkan pengobatan dan penunjang transportasi untuk mempermudah mobilisasi mereka. “Memang dari sisi jumlah dengan Jabar tidak terlalu beda. Tetapi di Jabar infrastruktur transportasi dan pariwisata lama terbangun. Sedangkan Jatim lebih pada industri,” urainya.
BACA JUGA: Kelompok Transportasi Sumbang Inflasi di Bulan November
Sementara penyumbang kemiskinan di Jatim yang disebabkan oleh faktor makanan mencapai 74,84 persen. Komoditas yang mempengaruhi kemiskinan yang utama baik di kota maupun desa diantaranya beras, rokok kretek dan telur ayam. Kemudian juga gula pasir, tempe, tahu, daging ayam ras, kue basah, kopi bubuk.
Naiknya harga komoditas tersebut membuat jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan naik 2,99 persen. Meski secara absolut turun menjadi 0,13 persen menjadi 10,85 persen. "Penduduk yang di bawah garis kemiskinan pada Desember 2018 adalah 384.750 orang. Sedikit lebih besar dibandingkan Maret 2018 yang mencapai 373.574 penduduk," tandasnya.
