Logo

Kemenperin Latih Santri di Banyuwangi Menjadi Wirausahawan

Reporter:,Editor:

Jumat, 04 October 2019 14:20 UTC

Kemenperin Latih Santri di Banyuwangi Menjadi Wirausahawan

SANTRIPRENEUR. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyerahkan kelengkapan pelatihan wirausaha kepada perwakilan santri peserta, Jumat 4 Oktober 2019. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melatih 20 santri menjadi santripreneur atau santri perintis usaha di Pesantren Mabadi'ul Ihsan, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, mulai tanggal 3-6 Oktober 2019.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, pihaknya berusaha memperbanyak santri perintis usaha dengan menyelenggarakan 27 pelatihan serupa di Lampung, Palangka Raya dan sisanya terbagi di Pulau Jawa.

Dia mengatakan santri pada umumnya memiliki karakter mental yang tekun, taat, dan jujur. Bahkan dikatakannya santri lebih cepat belajar dalam pelatihan bila dibandingkan dengan kalangan muda lainnya.

BACA JUGA: Perpusnas Menolak Minat Baca Indonesia Rendah

"Lebih nendang kalau dilaksanakan di pondok pesantren. Karena santri itu lebih tekun, jujur, dan taat, yang menjadi modal untuk menjadi wirausahawan yang baik," kata Gati di Banyuwangi, Jumat 4 Oktober 2019.

Beragam keterampilan bekal berwirausaha diberikan seperti produksi sandal, tata busana, dan makanan olahan. Di Banyuwangi, pelatihan membuat makanan olahan dengan fokus pada empat menu; ayam goreng, roti manis, cake, dan roti isian.

"Jadi satu pesantren hanya kami fasilitasi sekali. Untuk selanjutnya kami minta pemerintah daerah yang menindaklanjutinya," kata dia.

BACA JUGA: Rumah Baca Perlu Penataan dan Perencanaan Agar Tak Layu

Pimpinan Pondok Pesantren Mabadi'ul Ihsan KH Masykur Wardi mengatakan, pelatihan wirausaha penting bagi santri. Dia berharap setelah selesai dengan studi pesantren, mereka pulang ke desa masing-masing dengan bekal keterampilan untuk berwirausaha.

"Itu akan membantu pemerintah karena setelah boyong ke rumah, mereka punya keterampilan yang bisa dikembangkan di tengah masyarakat," kata Masykur.

BACA JUGA: Ratusan Warga Banyuwangi Ikuti Selamatan Jalan Baru Alas Purwo

Muhyiddin (21) santri asal Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, mengaku mendapatkan pengetahuan dan keahlian baru dalam pelatihan ini. Sebelumnya dia sudah berminat berlatih keterampilan memasak di dapur asrama santri maupun kantin sekolah, namun hasilnya tidak memuaskan.

Misalnya saat dia membuat ayam goreng tepung, yang hasilnya tidak renyah, tidak mengembang dan berpenampilan tidak menarik. Dalam pelatihan yang sudah diikutinya sehari untuk menu ayam goreng tepung, dia akhirnya bisa mengetahui cara menyelesaikan masalah-masalah yang dialaminya.

"Bumbunya sama, tidak ada bedanya. Tapi dari tekniknya, cara mengepal adonannya, nanti hasilnya beda," kata Muhyiddin.