Kamis, 17 March 2022 09:00 UTC
PENGANIAYAAN. Polres Mojokerto merilis kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian pelajar SMP, Kamis, 17 Maret 2022. Foto : Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Akibat kebiasaan menggunakan fasilitas panggilan video seks melalui aplikasi media sosial, pelajar SMP di Kabupaten Mojokerto, MTH, 14 tahun, tewas. Korban menggunakan foto dua temannya pada profil akun media sosial WhatsApp (WA) untuk menyembunyikan identitasnya.
Karena jengkel foto mereka dipakai korban, dua teman MTH yakni Mukhamad Indras Wari alias Aldi, 21 tahun, dan NA, 16 tahun, nekat menghajar MTH hingga korban mengalami luka di kepala dan meninggal dunia.
Aldi mengatakan jika foto dirinya dan NA seringkali digunakan MTH untuk foto profil WA. Kemudian MTH menghubungi teman-teman wanita dan mengajak untuk melakukan panggilan video seks.
"Foto saya dibuat foto profil WA (oleh korban). Soalnya dibuat video call seks gitu," kata Aldi menjawab pertanyaan Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo saat kasus ini dirilis, Kamis, 17 Maret 2022.
Menurut Aldi, MTH juga menghubungi teman perempuannya di Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, dengan menggunakan foto profil Aldi dan MTH mengajak perempuan tersebut untuk melakukan panggilan video seks.
BACA JUGA: Pelaku Penganiayaan Pelajar SMP Diringkus Polisi
Mengetahui hal itu, Aldi dendam dan marah. Hal yang sama juga dialami NA. MTH menggunakan foto profil NA dan menggoda teman perempuan NA, yakni L, 16 tahun, asal Kecamatan Puri.
Aldi dan NA akhirnya merencanakan untuk mengeroyok dan menganiaya MTH dengan memanfaatkan L agar merayu korban untuk jalan-jalan bersama.
"Niatnya mau ngasih pelajaran saja, iya (maksudnya cuma) mukulin biar tidak diulangi lagi," kata Aldi.
Namun aksi penganiayaan yang dilakukan Aldi dan NA berbuntut panjang. Akibat penganiayaan itu, MTH mengalami luka dalam pada bagian kepalanya. Tengkorak belakang kepalanya retak hingga menyebabkan pendarahan.
"Saya menyesal. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarganya (korban)," kata pria yang bekerja sebagai kuli bangunan itu.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo mengungkapkan pengeroyokan pelajar SMP ini sudah direncanakan kedua pelaku sebelumnya. Awalya, Aldi dan NA meminta teman perempuannya berinisial L menghubungi korban.
"Saksi L ini mengajak korban untuk bertemu di bawah pohon di daerah Puri pada Minggu (12 Maret 2022) pagi. Tapi korban tidak mau, akhirnya korban baru mau bertemu jam 17.00 sore, saksi L dan korban pergi ke daerah Puri," kata Andaru.
Menerima kabar L sudah bersama MTA, Aldi dan NA juga menuju ke lokasi keduanya. Namun saat itu, MTH enggan saat diajak L berhenti dan turun dari motor dan meminta L untuk kembali pulang.
BACA JUGA: Diduga Dikeroyok, Pelajar SMP Meregang Nyawa, Polres Mojokerto Bungkam
"Di tengah perjalanan mereka ketemu pelaku NA dan MI (Aldi) di Kecamatan Jatirejo. Pelaku kemudian mendekati korban dan menghentikan motornya," katanya.
Saat itulah, Aldi dan NA mengeroyok MTH. Berkali-kali NA melesakkan bogem mentah ke tubuh MTH. Sedangkan Aldi menghajar bagian kepala MTH menggunakan gitar kecil atau kentrung.
"Setelah itu, korban ditinggal, ponselnya diambil oleh MI. Setelah pulang, korban mengalami pusing dan kejang-kejang. Menurut keterangan dokter, korban mengalami pendarahan di otak," kata Andaru.
Selain itu, terdapat keretakan pada tulang tengkorak MTH. Hal itulah yang menyebabkan MTH akhirnya meninggal. Aksi pengeroyokan itu kemudian dilaporkan polisi.
Polisi kemudian meringkus NA dan Aldi di rumah masing-masing. Polisi juga menemukan ponsel MTH yang belum sempat dijual Aldi. Sejauh ini, polisi sudah menetapkan keduanya sebagai tersangka.
"Untuk L saat ini masih berstatus sebagai saksi. Kami masih menelusuri keterlibatan L apakah dia ikut dalam perencanaan atau hanya dimanfaatkan untuk menjemput korban. Apakah dia tahu akan ada kejadian yang seperti ini, kami akan koordinasikan dengan jaksa untuk menentukan status selanjutnya," kata Andaru.