Logo

Ke Makassar, Pesawat Kemanusiaan Prioritaskan Pengungsi Usia Rentan

Reporter:

Selasa, 08 October 2019 11:00 UTC

Ke Makassar, Pesawat Kemanusiaan Prioritaskan Pengungsi Usia Rentan

Para pengungsi kerusuhan di Wamena hendak berangkat ke Makassar. Foto: ACT

JATIMNET.COM, Jayapura - Pikram semringah di gendongan ibunya ketika berada di Bandar Udara Silas Papare, Sentani, Jayapura, Senin 7 Oktober 2019. Hari masih menunjukkan pukul 09.00 WIT, ketika bayi dua bulan itu bersama kakak dan kedua orang tuanya hendak terbang menuju Makassar.

Siang itu, Pikram dan keluarganya rencananya diangkut menggunakan Pesawat Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang berkolaborasi dengan maskapai Garuda Indonesia. Ia merupakan salah satu dari puluhan ribu warga Wamena yang mengungsi ke Sentani akibat konflik sosial yang terjadi dua pekan lalu.

Nurena, ibu Pikram, bercerita ketika pergi menggunakan pesawat Hercules milik TNI, kedua anaknya yang masih balita ini harus berdesak-desakan bersama ratusan pengungsi lainnya tujuan Sentani. Walau tak sampai mengalami luka-luka, sesampai di pengungsian kedua anaknya mengalami demam. "Setelah perjalanan itu anak saya sakit, tapi sekarang sudah jauh lebih baik,” ungkap perempuan 34 tahun itu.

BACA JUGA: ACT Jatim Terus Galang Kepedulian untuk Tragedi di Wamena

Di Sentani, tambah Nurena, keluarganya datang tanpa membawa harta benda. Ketika konflik terjadi, ia dan keluarganya sedang berada di Yalimo untuk bekerja. Namun, warga sekitarnya memberi kabar kalau telah terjadi konflik di Wamena, yang menyebabkan rumah indekos sewanya terbakar.

Yahya (44), suami Nurena, berkata, selama empat hari setelah tiba di Sentani, ia dan keluarganya tak mengganti pakaian karena tak memiliki pakaian ganti. Baru setelah bantuan datang, ia bisa mengganti dengan pakaian baru. "Kami ini mengungsi tanpa membawa apa-apa," kata Yahya yang bekerja di Wamena sebagai pekerja bangunan.

Hal yang sama diungkapkan Anggita (25). Ibu dengan anak usia satu bulan ini ikut kelompok terbang tujuan Makassar dari ACT pada Senin 7 Oktober 2019. Imaliyali, anaknya yang baru berusia satu bulan, berhasil menyelamatkan diri dari Wamena menggunakan pesawat Hercules bersama ratusan orang lainnya.

"Di dalam pesawat (Hercules) itu penuh sesak, untuk napas saja berat. Tapi alhamdulillah anak saya bisa selamat sampai Sentani dan mengungsi di sini," ujarnya.

Pada Senin itu juga ACT kembali memulangkan warga Wamena asal Sulawesi Selatan. Mereka telah bertahan setidaknya sejak sepekan terakhir di pengungsian yang tersebar di berbagai titik di Sentani. Sebanyak 31 jiwa diberangkatkan ke kampung halaman mereka.

Wahyu Novyan selaku Komandan Posko Nasional ACT untuk Penanganan Konflik Wamena mengatakan, proses pemulangan pengungsi Wamena tujuan berbagai daerah diprioritaskan ibu hamil, ibu dengan bayi dan balita, serta orang tua. Pemulangan pengungsi telah dilakukan sejak Kamis (3/10) lalu dan akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

"Pengungsi ini merupakan mereka yang tersebar di berbagai posko pengungsian di Sentani. Kami mendahulukan ibu hamil dan ibu dengan bayi karena mereka merupakan golongan yang sangat rentan," kata Wahyu.

Selain pemulangan dengan pesawat, ACT pada Rabu nanti 7 Oktober 2019 akan melayarkan Kapal Kemanusiaan untuk memulangkan pengungsi Wamena tujuan Makassar dan Surabaya. Ditargetkan seribu orang akan berlayar untuk bertemu dengan keluarganya di kampung halaman masing-masing.