Jumat, 15 January 2021 03:00 UTC
Ilustrasi topi sarjana.
JATIMNET.COM, Surabaya - Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan jumlah siswa di Jawa Timur yang lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Data Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebanyak 13.803 siswa SMA/SMK asal Jawa Timur diterima di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia. "Naik dari tahun 2019 lalu sebanyak 13.737 yang lolos pada jalur SNMPTN,” ujar Wahid, Kamis, 14 Januari 2021.
Wahid menilai meningkatnya jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri ini membuktikan pandemi Covid-19 tidak selalu membawa dampak negatif. Kendati saat ini Dinas Pendidikan masih terus mencari skema yang tepat untuk pembelajaran jarak jauh.
BACA JUGA: Jadwal SNMPTN dan UTBK-SBMPTN Diumumkan, ITS Sosialisasi Daring
Awal tahun 2021, Pemprov Jawa Timur memang belum memberlakukan pembelajaran tatap muka. Kembali meningkatnya pasien terkonfirmasi korona menjadi pertimbangan untuk menunda lagi pembukaan sekolah.
Namun, ada sejumlah sekolahan yang tetap melakukan uji coba tatap muka. Tentu dengan sejumlah syarat seperti pembatasan jumlah siswa dalam satu ruang kelas dan melarang kantin dibuka kembali.
Sementara untuk yang menggelar pembelajaran jarak jauh, sejumlah inovasi coba diterapkan. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, menurut Wahid, membuat anjungan belajar mandiri kerjasama antara pemprov dengan Kios Pintar (Kipin) yang diletakkan di daerah terpencil.
Diharapkan alat ini akan memudahkan akses internet di wilayah seperti kepulauan, pegunungan, dan pedalaman, yakni dengan pemasangan alat. “Anjungan belajar mandiri berisi semacam wi-fi jangkauannya sekitar 20 meter," katanya.
BACA JUGA: Pemprov Jatim Bahas Usulan Teknis Pembelajaran Daring yang Efektif
"Tempat ini berfungsi seperti ATM tetapi isinya bukan uang, melainkan modul-modul pembelajaran. Dimana gurunya pun bisa mengupload bahan pembelajaran dan siswa bisa mengunduhnya. Pada tahap pertama sudah terpasang tujuh tempat,” katanya.
Wahid menyebut, dampak positif dari pendemi yakni mempercepat implementasi merdeka belajar dengan teknologi komunikasi. Hadirnya teknologi digital mendukung terlaksananya merdeka belajar dengan bebas menentukan dengan media apa.
Wahid mengatakan pandemi Covid-19 menyadarkan bahwa esensi pendidikan itu bukan sekolah. Tetapi belajar yang dapat dilakukan dimanapun. “Khusus untuk pendidikan karakter, rumah menjadi institusi dan keluarga menjadi tempat belajar yang pertama dan utama," tuturnya.