Selasa, 19 August 2025 09:20 UTC
FESTIVAL MANGROVE. Aksi penanaman bakau (mangrove) di Pantai Tambak Bahak, Desa Curah Dringu, Tongas, Kab. Probolinggo, Selasa, 19 Agustus 2025. Foto: Zulafif
JATIMNET.COM, Probolinggo – Upaya menjaga pesisir utara Jawa Timur kembali menjadi perhatian serius. Ancaman abrasi yang terus menggerus garis pantai di Lamongan dan Tuban dengan laju 1,5 hingga 2 meter per tahun mendorong pemerintah pusat maupun daerah memperkuat perlindungan melalui ekosistem mangrove.
Isu strategis ini mengemuka dalam Festival Mangrove Jawa Timur VII di Pantai Tambak Bahak, Desa Curah Dringu, Tongas, Kabupaten Probolinggo, Selasa, 19 Agustus 2025.
Acara tersebut menjadi ruang bersama untuk menegaskan kembali peran mangrove sebagai benteng alami yang melindungi masyarakat pesisir dari dampak abrasi.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan mangrove memiliki fungsi vital, tidak hanya bagi ekosistem, tetapi juga bagi keberlangsungan hidup nelayan.
BACA: Tanam 16 Ribu Mangrove di Kawasan Konservasi Taman Nasional Baluran
“Mangrove bukan hanya rumah bagi tumbuhan dan satwa, tetapi juga benteng kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir,” katanya.
Deputi Tata Lingkungan dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan (TLSDAB) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro turut menekankan pentingnya implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2025 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Ekosistem Mangrove.
FESTIVAL MANGROVE. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ikut menanam bakau di Pantai Tambak Bahak, Desa Curah Dringu, Tongas, Kab. Probolinggo, Selasa, 19 Agustus 2025. Foto: Zulafif
“Kami memberikan apresiasi Ibu Gubernur Khofifah atas konsistensi beliau dalam menjaga dan mengelola ekosistem mangrove di Jawa Timur. Kami berharap Ibu Khofifah juga dapat menjadi pelopor bersama Kementerian Lingkungan Hidup,” kata Sigit.
BACA: Ribuan Bibit Mangrove Ditanam di Pantai Permata Probolinggo di Hari Lahan Basah Sedunia
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Jawa Timur memiliki 30.839,3 hektar hutan mangrove, hampir setengah dari total luasan mangrove di Pulau Jawa.
Potensi ini menjadi modal penting dalam menekan laju abrasi sekaligus mendukung agenda mitigasi perubahan iklim.
Festival Mangrove tidak hanya bersifat seremonial, melainkan juga melibatkan aksi nyata, seperti penanaman 17.845 bibit mangrove, pelepasan ratusan bibit ikan dan kepiting, hingga pelepasliaran burung air.
Semua langkah itu merepresentasikan kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam menjaga sabuk hijau pesisir.
Di kawasan Pantai Tambak Bahak, delapan spesies mangrove tumbuh dengan cadangan karbon mencapai 432–609 ton per hektar dan menjadikannya salah satu laboratorium alami blue carbon di Jawa Timur.
Dengan sinergi berkelanjutan, abrasi diharapkan dapat ditekan sehingga keberadaan mangrove tetap menjadi benteng ekologi sekaligus penopang kehidupan masyarakat pesisir.
