Logo

Janda Bolong Jadi Incaran Pecinta Tanaman di Ponorogo

Reporter:,Editor:

Minggu, 11 October 2020 04:00 UTC

Janda Bolong Jadi Incaran Pecinta Tanaman di Ponorogo

JANDA BOLONG: Muhammad Besari Dwiki Tegar Wicaksana menunjukan tanaman hias janda bolong yang dijualnya. Foto: Gayuh.

JATIMNET.COM, Ponorogo – Demam tanaman hias dengan daun lebar melanda sebagian besar kalangan masyarakat di masa pandemi Sars CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) seperti sekarang ini.

Salah satu penjual bunga yang ada dijalan Soekarno Hatta yakni kios bunga Nugroho Nursery nomor 17, Muhammad Besari Dwiki Tegar Wicaksana, mengatakan salah satu tanaman yang menjadi favorit adalah janda bolong. Tanaman yang memiliki daun berlubang secara alami atau genetik ini menjadi incaran para pecinta tanaman.

“Janda bolong menjadi paling favorit sejak awal pandemi lalu, bahkan sekarang stoknya sangat menipis,” kata Kiki sapaannya, Sabtu 10 Oktober 2020.

Kiki menerangkan tanaman ini menjadi favorit karena bisa tumbuh dengan baik meskipun diletakkan didalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari. Pasalnya memang tanaman ini cocok hidup didaerah dengan suhu dingin sehingga jika terkena sinar matahari langsung akan membuatnya layu.

BACA JUGA: Tips Mudah Merawat Tanaman Hias di Rumah

Selain itu dimasa pandemi membuat sebagian masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya didalam ruangan, sehingga kegemaran orang untuk merawat tananaman yang mampu hidup didalam ruangan dan cukup menarik untuk dilihat menjadikan janda bolong diburu pecinta tanaman hias. “Perawatannya cukup mudah, hanya perlu disiram dan diberi pupuk,” terang Kiki.

Kegemaran janda bolong yang sangat tinggi tersebut akhirnya membuat harga tanaman hias ini cukup tinggi dipasaran. Bahkan beberapa pedagang menjual tanaman hias ini berdasarkan jumlah daun serta variasi lubang yang ada pada daunnya. “Harganya sekarang mulai Rp 250 sampai dengan jutaan, tergantung penjualnya mau menjual berapa,” ujar Kiki.

Padahal sebelum pandemi, ia menjual tanaman janda bolong tersebut hanya Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu saja untuk setiap satu polibag. Namun karena bukan tanaman asli Ponorogo dan sulit untuk dikembangkan di dasran rendah, sehingga ia harus mengambil sendiri dari luar kota untuk terus menjaga stok. “Paling tidak dalam satu minggu 3 sampai 5 polibag janda bolong pasti laku terjual,” pungkas Kiki.