Senin, 23 September 2019 01:13 UTC
Petani tembakau di Paiton, Kabupaten Probolinggo menjemur tembakau rajang pada musim panen September 2019. Foto: Rochman Arief.
JATIMNET.COM, Surabaya – Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) meminta pemerintah menaikkan cukai rokok dalam batas wajar. Sebab kenaikan cukai rokok yang terlalu besar memberi efek domino pada petani dan industri hasil tembakau.
Disampaikan Ketua DPP PKB Bidang Ketenagakerjaan dan Migran, Dita Indah Sari menilai bahwa kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan harga eceran rokok mencapai 35 persen dapat berdampak kepada petani tembakau beserta industrinya.
“Kenaikan sebesar itu akan berefek domino pada pekerja industri kecil menengah. Kami setuju ada kenaikan cukai, tapi dengan kisaran 12 sampai 15 persen,” kata Dita di sela pertemuan dengan buruh industri rokok di Sidoarjo, Minggu 22 September 2019.
BACA JUGA: Gresik Kembangkan 18 Hektare Lahan Tembakau Petani
Menurutnya, rencana kenaikan tarif sebagai upaya mengurangi jumlah perokok usia dini dinilai tak tepat. Pasalnya untuk mengurangi perokok usia dini bisa dengan memberikan edukasi bahaya merokok sebelum dewasa.
“Kalau mau mendorong agar anak tidak merokok, caranya bukan dengan menaikkan cukai. Tapi dengan sosialisasi bahaya merokok. Mengampanyekan agar anak usia dini tidak merokok,” mantan aktivis itu menjelaskan.
Dalam pandangan Dita, kenaikan cukai rokok yang cukup drastis dikhawatirkan berdampak pada makin banyaknya peredaran rokok ilegal. Dampak yang ditimbulkan adalah nasib jutaan tenaga kerja industri tembakau.
BACA JUGA: Kemarau Panjang Berkah Petani Tembakau Blitar
Tidak tertutup kemungkinan perusahaan merugi dan menyebabkan jutaan petani tembakau di Indonesia kehilangan pendapatan.
“Kenaikan sebesar itu bisa membuat perusahaan rokok mengurangi tenaga kerjanya. Jika itu terjadi, pengangguran akan semakin meningkat,” Dita menjelaskan.
Pada akhirnya, lanjut Dita, kemampuan industri rokok membeli tembakau di tingkat petani akan turun. Apabila kualitas tembakau tingkat petani turun, membuat petani makin terpuruk.
Sumber: Suara.com