Senin, 10 December 2018 04:00 UTC
Ilustrator Ruri Izzah.
JATIMNET.COM, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong perguruan tinggi menggencarkan penumbuhan wirausaha untuk memunculkan wirausaha industri baru.
“Ini sejalan dengan program prioritas pemerintah pada 2019 mendatang, yang akan fokus membangun sumber daya manusia (SDM),” kata Airlangga lewat keterangan resminya, Senin 10 Desember 2018.
Airlangga menyampaikan saat mewakili Wakil Presiden pada Rapat Kerja Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (Rakernas HIPMI PT) Tahun 2018 di Jakarta.
Menperin menjelaskan, modal besar Indonesia saat ini dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, adalah jumlah SDM. Terlebih, dengan adanya bonus demografi atau dominasi penduduk berusia produktif, yang potensinya akan dinikmati hingga 2030.
“Berdasarkan pengalaman seperti Jepang, China Singapura dan Thailand, saat mereka mengalami bonus demografi, pertumbuhan ekonominya sangat tinggi. Oleh karenanya, kita perlu mengambil peluang melalui peran generasi muda atau generasi milenial,” paparnya.
Salah satu kuncinya adalah meningkatkan kompetensi SDM agar mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Salah satu yang perlu digenjot dengan menumbuhkan wirausaha industri baru," jelasnya.
Airlangga menargetkan kepada HIPMI PT dapat mencetak wirausaha pemula dari anggotanya sebanyak satu juta orang. Hal ini guna memenuhi kebutuhan Indonesia sebesar 4 juta wirausaha baru untuk turut mendorong penguatan struktur ekonomi. Saat ini rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 persen dari total populasi penduduk.
"Tolong dibuatkan short course atau semacam workshop wirausaha di Indonesia. Buat target sampai satu juta orang. Siapkan juga roadmap-nya," ungkap Airlangga.
Upaya ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0, dengan aspirasi besarnya menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.
Airlangga mengungkapkan, guna mencapai sasaran tersebut, Indonesia juga butuh 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital. Dia merinci, 4,5 juta di antaranya adalah tenaga kerja sektor manufaktur dan 12,5 juta tenaga kerja di sektor jasa yang mendukung manufaktur.
Apalagi potensi era ekonomi digital akan meningkatkan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar 150 miliar dollar AS pada 2025. "Kesempatan ini yang perlu pula kita rebut," tegasnya. (ant)
