Senin, 16 December 2019 07:44 UTC
TERGUSUR. DKPP Surabaya memanen sayuran di mini agrowisata. Jelang pelaksanaan Natal dan Tahun Baru membuat impor sayur dan buah naik tajam dibanding bulan sebelumnya. Foto: dok Jatimnet.com
JATIMNET.COM, Surabaya – Neraca perdagangan Jawa Timur pada bulan November defisit sekitar 463 juta dolar Amerika Serikat. Salah satu pemicunya adalah meningkatnya impor buah-buahan dan sayuran jelang Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim ekspor pada bulan November senilai 1,692 miliar dolar AS, sedangkan impor mencapai 2,155 milliar dolar AS. Defisit ini jauh lebih besar dibanding neraca perdagangan bulan sebelumnya yang sebesar 250 juta dolar AS.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Timur Satriyo Wibowo mengatakan bahwa naiknya impor sayuran dan buah-buahan memicu defisit perdagangan Jatim bulan November.
“Impor buah-buahan naik sekitar 45,28 persen dari 89,63 juta dolar AS pada bulan Oktober menjadi 130,21 juta dolar bulan November lalu,” ujar Satriyo, Senin 16 Desember 2019.
BACA JUGA: Sayur Premium Hidroponik Banyuwangi Masuk Pasar Elit
Adapun kenaikan impor sayuran dari bulan Oktober ke November sebesar 89,57 persen atau dari 27,58 juta dolar AS menjadi 52,29 juta dolar AS.
Ia menduga naiknya impor buah dan sayuran ke Jawa Timur dipicu meningkatnya kebutuhan jelang Natal dan Tahun Baru. Rata-rata impor hortikultura tersebut, lanjut Satriyo, didatangkan dari Cina.
Paling banyak, lanjutnya, impor buah apel yang mencatatkan 47,88 juta dolar AS, diikuti anggur 33,36 juta dolar AS, buah pir 25,36 juta dolar AS, jeruk mandarin 12,57 juta dolar AS, lemon 4,77 juta dolar AS, kelengkeng 2,73 juta dolar AS, dan Kiwi 1,40 juta dolar AS.
BACA JUGA: Selain Masuk Gratis, Pengunjung Boleh Memanen Sayur di Mini Agrowisata Pagesangan
“Jeruk mandarin peningkatannya cukup besar, mencapai 316,50 peren, disusul kiwi naik 182,15 persen,” ungkapnya.
Satriyo tidak menampik meski kenaikan impor buah-buahan cukup tajam, namun kontribusinya hanya 7,48 persen terhadap impor non migas November 2019. Angka itu menempatkan sayur di urutan ketiga di bawah besi dan baja yang memiliki andil 12,24 persen, dengan nilai 213,12 juta dolar AS.
“Adapun kontribusi kedua terhadap total impor non migas adalah mesin-mesin/pesawat mekanik dengan andil 11,92 persen, atau senilai USD 207,58 juta dolar AS,” Satriyo menjelaskan.