Hari Istiawan

Reporter

Hari Istiawan

Minggu, 23 September 2018 - 08:33

KEDAI Srawung masih tampak sepi. Hanya segelintir kelompok pemuda yang nongkrong di beberapa meja. Tak ketinggalan, kopi dan kudapan tersaji di depan mereka sebagai pelengkap teman ngobrol. Di halaman kedai, motor skuter warna biru laut terparkir. Aksesori bendera merah-putih terpasang di belakang.

Skuter ini juga menjadi ikon musikus asal Malang, Mohammad Iksan yang menggebrak lewat lagu-lagu bernuansa kritik sosial. Jadilah nama bekennya Iksan Skuter. Kata Skuter juga kata lain dari ‘Seniman Kurang Terkenal’.

Sehari-hari Iksan memang beraktifitas di Kedai Srawung yang beralamat di Jalan Parangtritis, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Kedai itu juga disulap menjadi studio mini. Dar sinilah, sebagian besar lagu-lagu Iksan Skuter diproduksi.

Kedai Srawung didirikan Iksan pada 2013 setelah ia balik lagi ke Malang pasca berkarir di Jakarta sejak 2006. Studio yang berada di dalam kedai ini diberinya nama Srawung Record.

Lagu-lagunya yang memihak mereka yang tidak bisa bersuara banyak tercipta dan diproduksi di studio miliknya sendiri. Respons publik cukup positif. Secara kasat mata bisa dilihat di akun-akun media sosial miliknya. Lihat saja berapa jumlah seniman kelahiran Blora, 30 Agustus 1981 di media sosial.

Akun twiternya memiliki 4 ribu lebih follower, akun youtube-nya disubscribe hampir 39 ribu orang. Lagu-lagunya juga sudah ditonton jutaan orang. Itu belum akun facebook miliknya yang selalu update dalam merespons peristiwa di sekitarnya.

Terbaru, Iksan merespons peristiwa 41 anggota DPRD Kota Malang yang digelandang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus dugaan korupsi.

“Aku yakin, niat mereka hanyalah sholat Jum’at di gedung tahanan KPK. Karena apa? Semua syarat sahnya sholat juma’at sudah terpenuhi. Walikota jadi imam. 40an anggota dewan mewakili rakyat Kota Malang. Mulia sekali, sungguh mulia.” Tulis Iksan di statusnya yang diupload tanggal 4 September 2018.

Tak hanya merespons dengan kritikan bernada satire. Iksan juga merespons dengan membuat lagu untuk 41 anggota DPRD Kota Malang yang terjerat kasus korupsi.

Lagu itu pun diberi pengantar “Demi Allah, lagu ini terinspirasi dari wajah sabar, penuh kasih, dan sumringah dari para tersangka dan terdakwa.

Senyum dan lambaian tangan mereka saat di depan kamera, seakan-akan berpesan : “sepurane rek, duwikmu wis entek cok!”

Berikut liriknya: Kami koruptor Indonesia, Saling membantu sesama, Bahu membahu dalam menolong menutupi kasus yang ada, Kami koruptor Indonesia, Tak takut dengan siapa saja, Hukum dan keadilan dibeli, Aparat kita kuasai, Berbeda-beda kasus kita, Berbeda juga uang curian kita

“Sebenarnya nggak mengritik niatku, karena bagiku tugas seni adalah merekam, mendokumentasikan apa yang dilihat, didengar, dirasa. Maka, siapapaun yang merasa terkritik maka ada apa-apa dengan dia,” kata Iksan saat bincang-bincang dengan Jatimnet.com pertengahan Agustus 2018 lalu.

Bagi Iksan, tugas musikus menyampaikan lewat medium musik. Ia yakin seniman musik yang katanya mengritik adalah merespons apa yang terjadi. “Peran seniman menjadi manusia sosial yang menyampaikan lewat mediumnya,” kata lulusan sarjana hukum Universitas Brawijaya ini.

Baca Juga

loading...