Logo

Harga Daging Sapi Meninggi, Harga Minyak Goreng Mengikuti

Reporter:,Editor:

Selasa, 05 April 2022 07:40 UTC

Harga Daging Sapi Meninggi, Harga Minyak Goreng Mengikuti

Sekretaris Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya Moch. Awaludin Arief

JATIMNET.COM, Surabaya - Terhitung dua bulan sudah harga daging sapi di sejumlah pasar di Indonesia termasuk di Kota Surabaya menembus angka Rp 115 ribu per kilonya, tak terkecuali di Pasar Soponyono Rungkut, Surabaya.

Salah satu penjual daging sapi di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya M. Wahyu Rizaldi menyebut awal sebelum kenaikan, harga daging sapi Rp 108 ribu per kilo. Kemudian, merangkak naik menjadi Rp 110 ribu per kilo, hingga yang terbaru kini Rp 115 ribu per kilo.

“Sudah ada dua bulanan ini naiknya. Jadi harga itu (Rp 115.000) lihat-lihat kondisi pasar. Kalau pasar lagi sepi ya kita turunin harga jualnya sampai Rp 110 ribu. Sakjane gak nututi iku, kulak'an sapine piro tapi dodol’e sak munu iku gak nututi,” kata Rizal saat dihubungi jatimnet.com.

Menurutnya, kenaikan harga daging sapi ini merata satu Indonesia. Kendati demikian, Surabaya masih menekan harga daging sapinya dan masih terbilang murah jika dibanding kota lainnya. Di Jakarta misalnya, harga daging sapi di sana sudah mencapai Rp 150 ribu per kilonya.

Baca Juga: Belum Selesai Minyak Goreng dan Kedelai, Kini Muncul Daging Sapi Mulai Langka

“Justru Surabaya ini masih murah daripada Jakarta, Probolinggo atau Madura. Probolinggo Rp 115 ribu itu campur (daging baik campur rawonan atau daging apapun), tidak bisa memilih. Sementara di Surabaya kan bisa, harga Rp 115 ribu itu daging bagus semua,” ia menjelaskan.

Akibatnya, selain penjualan dan omzet yang menurun, tak jarang pula banyak pedagang yang menjual kembali daging sapinya dengan harga murah keesokan harinya, untuk menyiasati harga jual daging sapi yang mahal namun daging sapi dagangannya tidak habis terjual.

“Penjualan daging di pasar ini kalau orang ngecernya itu turun, banyak yang sepi. Turun sampai 25 persen selama dua bulan naik harganya. Untuk omzet juga turun. Karena dijual dengan harga Rp 115 ribu, sering ndak habis. Jadi masuk freezerfrozen, besok dijual lagi tapi dengan harga turun sampai Rp 108 ribu, kalau dijual di bawah itu ndak nutut, malah tambah rugi,” ia menerangkan.

Selama Ramadan ini, ia pun memprediksi harga daging sapi akan tetap stabil di Rp 115 ribu. Namun, seminggu menjelang Lebaran, ia menyebut pasti akan ada kenaikan, dengan perkiraan sampai Rp 125 ribu per kilonya.

Baca Juga: Lancarkan Distribusi Migor Curah, OP Migor Kemasan Dilarang

“Itu naik paling mahal, tidak sampai Rp 130 ribu. Harga segitu kalau dinaikkan malah tidak ada yang beli. Setiap tahunnya mau Lebaran pasti naik harga daging,” ia mengungkapkan.

Meski begitu, Rizal tetap berharap harga daging sapi bisa kembali stabil seperti dulu, tidak seperti sekarang ini. Di samping itu, ia menilai saat ini banyak sapi yang keluar, namun harganya tidak stabil. Menurutnya, untuk menurunkan dan menstabilkan harga daging sapi yakni dengan memberi kuota, atau pemerintah mendatangkan sapi impor.

“Menurutku, kalau mau menurunkan harga daging di Jawa Timur ini dengan cara dikasih kuota. Jadi kalau keluarnya sapi dari petani itu banyak tidak apa-apa keluar dari area Jatim, tapi kalau stoknya di Jatim sedikit, ya harus di stop, jangan bebas keluar ke Jakarta atau kemanapun,” ia memaparkan.

“Dan kalau mau impor, pemerintah jangan impor dagingnya, tapi sapinya. Karena kalau impor daging itu sama juga mematikan para penjual daging. Sementara sapi impor sekarang tidak ada, biasanya dari Australia mendatangkan ke Probolinggo, tapi sekarang tidak ada,” ia menguraikan.

Baca Juga: Pedagang Pasar Legi Didroping 6 Ribu Liter Migor Curah  

Sementara Sekretaris Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Kota Surabaya Moch. Awaludin Arief menyebut jika harga daging sapi masih belum sampai pada batas yang mengejutkan.

“Tapi kami sudah kerjasama dengan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) untuk menjaga ketersediaan pasokan,” kata Moch. Awaludin.

Selain harga daging sapi, harga minyak goreng di Kota Surabaya juga mengalami kenaikan. Terkait hal ini, Awaludin mengatakan bahwa sesuai edaran dari Mendagri, disebutkan jika sudah tidak diperbolehkan lagi untuk mengadakan operasi pasar.

“Kalau minyak goreng karena harga eceran tertinggi (HET)-nya sudah dicabut, maka sudah tidak boleh lagi ada operasi pasar. Jadi kita operasi pasarnya nanti selain minyak goreng, mungkin ada gula dan ada apa lagi yang dirasa mau meningkat harganya,” ia menekankan.

“Yang pemerintah kota bisa lakukan ya operasi pasar. Operasi pasar tidak bisa menurunkan harga, hanya untuk memastikan ketersediaan barang. Sekali lagi kita tujuannya untuk adanya ketersediaan barang di pasar. Minyak goreng sudah dilepas, tidak boleh mengadakan operasi pasar, cuma ya itu mahal jadinya,” ia menegaskan.