Kamis, 18 February 2021 10:00 UTC
SIDAK PANGAN. Tim Satgas Pangan Kota Probolinggo melakukan sidak di Pasar Baru, Kota Probolinggo, untuk mengecek kenaikan komiditi cabai rawit dan komiditi lainnya, Kamis, 18 Februari 2021. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Tim Satgas Pangan Kota Probolinggo melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pusat perbelanjaan tradisional terbesar di kota setempat, yakni Pasar Baru di Jalan Panglima Sudirman, Kamis, 18 Februari 2021.
Sidak digelar menyikapi mahalnya harga cabai rawit di pasaran dan diikuti kenaikan harga pada beberapa komoditi lainnya.
Seperti yang terpantau di lapak milik Husna, 40 tahun, salah seorang pedagang cabai rawit. Kepada petugas, Husna mengatakan mulai awal Januari lalu harga cabai sudah mahal, yakni menyentuh angka Rp80-90 ribu per kilogram.
Sebelumnya sempat menembus angka Rp90 ribu dan kini turun menjadi Rp85 ribu per kilogram.
"Turun Rp5 ribu sekarang harga cabai rawit merah, jadi saya jualnya Rp85 ribu per kilogram. Dan cabai rawit hijau, saya jualnya Rp45 ribu per kilogram," ujarnya.
BACA JUGA: Mahalnya Harga Cabai Rawit Picu Inflasi di Kota Probolinggo
Ia sengaja tak menyimpan jumlah cabai yang banyak karena khawatir tidak laku karena harga yang masih tinggi. Apabila disimpan terlalu lama dan tak laku maka akan mudah membusuk.
"Kalau stok cabai ini, saya ambilnya dari Bantaran (Kabupaten Probolinggo)," katanya.
Komoditi lainnya yang turut menjadi perhatian Tim Satgas, yakni kedelai yang harganya sempat mengalami kenaikan.
Di Toko Dunia Krupuk milik Halim Sucahyadi yang menjual kedelai dalam karung, harga kedelai Rp10 ribu per kilogram.
Untuk pembelian minimal 10 kilogram, harga kedelai yang dijual Rp9.700 per kilogram. "Ini ngambilnya dari distributor Surabaya, dari gudang Margomulyo dan Romo Kalisari. Ambil 100 ton habis dua minggu, semuanya kedelai impor. Ada yang dari Agentina, Brasil, Kanada, dan Amerika,” katanya.
BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Naik Dua Kali Lipat, Ini Penyebabnya
Halim menjelaskan saat ini ketersediaan kedelai lokal di pasaran sudah tidak ada. Padahal sekitar setahun lalu, kedelai lokal masih bisa didapatkan.
"Dulu adanya di Dringu (Kabupaten Probolinggo), karena banyak yang tanam. Namun, karena petani menanam kedelai seluas 1 hektar hasilnya tidak sampai 1 ton, mereka akhirnya merugi. Lalu berganti menanam beras atau jagung, karena lebih menguntungkan,” katanya.
Menyikapi hasil sidak, Kasat Reskrim Polresta Probolinggo AKP Heri Sugiono menyimpulkan tidak adanya unsur penimbunan di lapangan.
Kenaikan harga cabai di pasaran dipicu terbatasnya stok cabai karena pasokan dari luar daerah seperti Surabaya berkurang.
“Stok dari luar berkurang, karena banyak yang beralih tanam. Produksi dari petani juga banyak yang gagal panen,” ujarnya.
Hal yang sama dikatakan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo Fitriawati. Selain kualitas yang turut mempengaruhi harga cabai di pasaran, harga dari distributor juga menentukan harga di pasaran.
BACA JUGA: Cabai Rawit dan Kenaikan Tarif Tol Sumbang Inflasi Januari 2021
“Yang saya lihat tadi kualitas juga menentukan. Tadi cabai yang bagus-bagus harganya mahal sampai dijual Rp100 ribu," tuturnya.
Fitriawati membenarkan berkurangnya ketersediaan cabai di pasaran turut menjadi pemicu kenaikan harga.
"Dari pantauan kami, distributor yang ada dari Surabaya dan Situbondo, serta yang terdekat Kabupaten Probolinggo. Namun yang dari kabupaten (Probolinggo) cuma sedikit saja,” tuturnya.
Sementara pantauan petugas di lapangan, komoditi lain yang turut mengalami kenaikan harga, yakni telur. Jika biasanya harganya sebesar Rp20 ribu per kilogrman, kini naik menjadi Rp24 ribu per kilogram.
Kenaikan dipicu akibat berkurangnya stok di pasaran karena diborong pihak distributor.
Mereka yang ikut serta dalam sidak meliputi Reskrim Polres Probolinggo Kota, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Kepala DKUPP Fitriawati, dan Kepala BPS Kota Probolinggo.