Logo

Harga Bawang Putih Naik 60 Persen, Disperindag Jatim Tunggu Arahan Pemerintah Pusat

Reporter:,Editor:

Kamis, 06 February 2020 12:21 UTC

Harga Bawang Putih Naik 60 Persen, Disperindag Jatim Tunggu Arahan Pemerintah Pusat

Salah satu pedagang di Pasar Baru Kota Probolinggo menjelaskan kenaikan harga bawang putih. Disperindag Jatim akan terus memantau pergerakan harga bawangn putih yang naik 60 persen. Foto: Dok Jatimnet.com.

JATIMNET.COM, Surabaya – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur akan terus memantau pergerakan harga bawang putih. Berdasarkan pantauan Disperindag Jatim di 116 pasar di Jatim, harga bawang putih dari Rp 28.000 menjadi Rp 46.000 per kilogram atau naik hampir 60 persen.

Sejauh ini Disperindag Jatim belum mendapat informasi penyebab kenaikan harga bawang putih. Namun kenaikan harga bawang putih disebabkan dua faktor, yakni pasokan yang makin menipis dan mandeknya pasokan dari Cina.

“Kami masih menunggu arahan melalui rapat terbatas (ratas). Saat ini masalah bawang putih tengah dibahas presiden dan kementerian,” kata Kepala Disperindag Jawa Timur, Drajat Irawan, Kamis 6 Januari 2020.

BACA JUGA: Wabah Virus Corona Pengaruhi Harga Bawang Putih Impor Cina

Kendati demikian, Drajat mengakui bahwa sebenarnya Kementerian Perdagangan membuka kemungkinan impor bawang putih. Hanya saja kewenangan untuk mengimpor bawang putih ada di Kementerian Pertanian.

Namun, menurut Drajat, impor produk hortikultura hanya bisa dilakukan apabila mendapat rekomendasi dari Kementerian Pertanian. “Sekarang bolanya di Kementan, berdasarkan Permentan 38 Tahun 2017, yang berhak mengeluarkan rekomendasi impor hortikulara itu Kementan,” tegasnya.

Drajat menyebut, sepanjang 2019 lalu impor bawang putih mayoritas berasal dari Cina. Impor ini untuk memenuhi kebutuhan Jatim yang mayoritas dipasok dari Probolinggo, Banyuwangi, Malang, Magetan hingga Batu. Kota-kota tersebut, lanjut Drajat, juga memasok ke sejumlah daerah di Indonesia.

BACA JUGA: Disperindag Jatim Genjot Ekspor ke Malaysia

“Untuk saat ini kami memaksimalkan ketersediaan barang di sejumlah gudang dulu,” Drajat menambahkan.

Sekadar diketahui, beberapa waktu lalu Kementerian Pertanian tengah mengkaji impor bahan pokok dari Cina. Hal ini seiring dengan merebaknya virus corona di negeri Tiarai Bambu itu sejak awal Januari kemarin.