Selasa, 25 June 2019 09:16 UTC
OBRAL AYAM. Peternak ayam mandiri di Blitar mengobral ayamnya di pinggir jalan karena harganya anjlok sejak pasca Lebaran 2019. Foto: Yosibio
JATIMNET.COM, Blitar - Peternak ayam pedaging mandiri di Blitar kini banyak yang terancam bangkrut karena harga ayam broiler turun drastis.
Sejumlah peternak pun mengobral ayam di sejumlah tempat dengan harga di kisaran Rp 10 ribu per kilogram. Mereka memajang harga Rp 30 ribu per ekor dengan asumsi berat rata-rata setiap ekor sekitar 3 kilogram.
Menurut peternak, dengan diobral di jalanan lebih menguntungkan daripada dijual ke bakul yang ditawar Rp 8 ribu per kilogram. Padahal, harga normal satu ekor ayam biasanya sekitar Rp 18 ribu.
BACA JUGA: Jelang Ramadan, Harga Daging Ayam di Blitar Merangkak Naik
Salah satu lokasi obral ayam berada di Desa Bangsri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Untuk menarik pengguna jalan, para peternak yang mengobral ayamnya ini membuat tulisan seperti "Omah Lan Bojo Amblas Mergo Pitek" (rumah dan istri hilang karena ayam), "Peternak Sekarat," dan "Save Peternak Mblitar".
Budi Setiawan, seorang peternak ayam mandiri asal Kalipucung, Sanankulon ini terpaksa mengobral ayamnya di atas mobil bak terbuka dengan menjualnya per ekor.
"Gak bisa ngomong lagi, harga sudah hancur sehancur-hancurnya. Bayangkan saja saat ini Rp 8 ribu per kilogram. Padahal harga di pasar masih di atas Rp 20 ribu per kilogram. Habislah semua usaha saya ini," terangnya kepada wartawan di sela menjual ayamnya, Selasa (25/06/19).
BACA JUGA: Peternak Ayam Butuh Peran Ombudsman
Budi menuding, anjloknya harga ayam tahun ini disebabkan karena panen raya. Kalau kemitraan tidak ada masalah, tapi kalau peternak mandiri pasti bangkrut, karena harga hancur.
"Kalau kemitraan tidak masalah. Karena bibit ayam, pakan, obat semua disediakan. Yang kasihan teman-teman peternak mandiri ini. Harga kuthuk (bibit ayamnya) saja sudah Rp 6.500 per ekor, belum lagi harga pakan dan obat," imbuh Budi.
Menurutnya, turunnya harga ayam ini terjadi sejak pasca Lebaran 2019. Harganya terus anjlok tak terkendali hingga Rp 8 ribu bahkan ada yang Rp 6 ribu rupiah per kilogram.
BACA JUGA: Disnak Jatim Pastikan Stok Daging dan Telur Aman
Selama sepekan terakhir, Budi mengaku telah mengobral ayam hidup sekitar 1.000 ekor. Jika tidak diobral, ongkos produksi membengkak dan justru membuat kebangkrutan lebih cepat.
"Kita obral saja untuk menutup harga pakan, karena kalau menunggu tengkulak ruginya lebih banyak," pungkasnya.
Salah seorang peternak ayam pedaging Aliful Imron, asal Wlingi mengatakan peternak kemitraan relatif aman. Imron berpendapat, solusi untuk peternak mandiri adalah ditahan, namun risikonya adalah pembengkakan ongkos produksi.
"Kalau diobral sebenarnya menurut saya tidak menyelesaikan masalah. Justru rugi dan bisa bangkrut, jadi kalo ditahan sampai harga normal ruginya tidak banyak," ujar Imron.