Logo

Gerindra: Pemerintah Jangan Takut #2019GantiPresiden

Reporter:

Rabu, 12 September 2018 11:15 UTC

Gerindra: Pemerintah Jangan Takut #2019GantiPresiden

Simpatisan #2019GantiPresiden saat menggelar orasi di depan Masjid Ta'miriyah Kemayoran, Jalan Indrapura, Surabaya, 26 Agustus silam. FOTO: DOK.

JATIMNET.COM, Jakarta – Partai Gerindra meminta pemerintah tidak perlu panik menghadapi gerakan #2019gantipresiden. Partai yang didirikan calon presiden Prabowo Subianto itu menganggap tagar ganti presiden adalah hal yang wajar dalam iklim demokrasi.

“Sebenarnya tagar #2019GantiPresiden ataupun #Jokowi2Periode merupakan hal yang biasa-biasa saja, hanya bunga-bunga demokrasi. Tidak perlu pemerintah, BIN dan kepolisian kebakaran jenggot,” kata Wasekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade, dalam diskusi publik “Polemik Tagar”, Rabu, 12 September 2018.

Sejauh ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu sudah mengatakan bahwa gerakan #2019GantiPresiden bukanlah bentuk kegiatan kampanye. Apalagi saat ini tagar tersebut malah dituding sebagai gerakan makar.

“KPU dan Bawaslu bahkan sudah menjelaskan tagar ini merupakan salah satu bentuk kebebasan berekspresi. Polisi bukanlah wasit dalam Pemilu, jadi tidak perlu menyebutkan gerakan itu menyalahi kampanye. Permasalahan yang muncul karena tagar ini mendapat respons positif di sejumlah masyarakat,” ucapnya.

Menurutnya, dalam perang tagar semakin diperuncing ketika gerakan #2019GantiPresiden dianggap lebih laku dibanding gerakan #Jokowi2Periode.

Andre menuduh pemerintah terlihat panik melihat tagar yang direspons masyarakat di media sosial. Buntutnya Andre menuduh muncul persekusi massal seperti di Batam, Pekanbaru, dan beberapa kota lain.

Pria kelahiran padang 39 tahun silam itu berpendapat bahwa permasalahan #2019GantiPresiden tidak akan terjadi bila masyarakat Indonesia dapat lebih siap dalam berdemokrasi. Harapannya semua pihak diminta siap kalah dan siap menang dalam setiap pemilihan umum.

“Permasalahan ini sederhana jika kita berdemokrasi. Tapi ini karena kita tidak siap berdemokrasi, tidak siap kalah dan nampak segala cara dilakukan. Masalah tagar bermasalah karena ada ketidaksiapan,” lanjutnya.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo menilai, baik Jokowi maupun Prabowo sudah memiliki pendukung yang sulit untuk diubah pilihan politiknya.

“Perang tagar, perang hoax, malah membuat para pendukung berkelompok. Ini adalah Echo Chamber effect yang sudah terjadi,” kata Agus Sudibyo.

Sementara itu, anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Zuhairi Misrawi menilai gerakan #gantipresiden rawan ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu dari upaya mengganti presiden menjadi upaya mengganti sistem negara.

“Kami amati adanya disorientasi, adanya pihak-pihak yang menunggangi gerakan ini. Dari ganti presiden, menjadi ganti sistem. Kami khawatirkan menjadi bola liar menjadi seperti gerakan di Suriah. Ada pihak yang ingin menjadikan pertarungan yang terlalu jauh, dari ganti presiden menjadi ganti sistem,” kata Gus Mis, sapaan Zuhairi Misrawi.