Logo

Geliat Petani Kopi Telemung Menaikkan Nilai Jual Kopinya 

Reporter:,Editor:

Senin, 07 October 2019 07:25 UTC

Geliat Petani Kopi Telemung Menaikkan Nilai Jual Kopinya 

OMAH KOPI. Tempat wisata edukasi Omah Kopi Telemung diminati wisatawan mancanegara dan lokal. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Sebuah rumah dengan tembok bercat putih di tengah kebun kopi tampak mencolok. Hamparan kebun kopi di sekelilingnya dan buah kopi yang sudah memerah menghiasi kawasan itu.

Papan nama yang bertulis 'Omah Kopi' mengarahkan saya ke sana setelah melewati rumah-rumah di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Di depan rumah penduduk, pemandangan kopi yang dijemur di depan rumah menandakan sedang memasuki musim panen.

Omah Kopi berbeda dengan rumah penduduk, karena di sini menyediakan tempat tongkrongan bergaya Rumah Adat Using untuk menikmati kopi seduh. Makanan dan kudapan juga bisa disantap.

BACA JUGA: Mengenal Kopi Kayumas Situbondo yang Langganan Juara

Pemilik Omah Kopi Imam Mukhlis mengatakan, wisatawan yang dilayaninya tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga mancanegara. Tamu yang datang dari Jerman, Amerika, Italia, Jepang, dan Korea yang tidak pernah melihat kopi di pohonnya.

"Potensinya di sini kopi, di sana tidak ada kopi, jadi tujuan utamanya ya kopinya itu," kata Imam, Minggu 6 Oktober 2019.

Wisatawan mancanegara biasa datang bulan Juni hingga September yang juga menjadi masa panen kopi di Telemung. Mereka mengikuti tur kebun kopi, memetik buahnya, edukasi pengolahan pasca panen, hingga menyangrai dan menyeduh.

BACA JUGA: Peneliti Menyebutkan Takaran Ideal Konsumsi Kopi Dua-Tiga Gelas Per Hari

Sementara wisatawan dalam negeri paling ramai datang pada akhir dan awal tahun. Bulan Februari dan Maret juga jadi waktunya wisatawan dalam negeri berburu durian, terutama durian kuning, ke Telemung. Sedangkan wisatawan mancanegara tidak menyukainya.

BERAGAM. Beragam varian kopi yang disajikan Omah Kopi di tengah perkebunan kopi Desa Telemung. Foto: Ahmad Suudi.

Menuju Omah Kopi bisa ditempuh dari perempatan besar Lingkungan Brak, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, melaju ke arah barat. Setelah sejauh 14 kilometer selama sekitar 36 menit, ikuti penunjuk arah berbelok ke kanan, dari kayu yang bertulis Omah Kopi di sebuah pertigaan.

Omah Kopi digagas Imam sejak tahun 2014 setelah mengetahui nilai lebih dari hasil kebunnya. Mendapatkan respons positif dari kawan-kawannya, Imam dan istrinya mulai menyusun paket wisata edukasi kopi.

BACA JUGA: Mencecap Nikmatnya Kopi Saring Mbok Tajeng Dawarblandong

Dia mengembangkan cara penanganan pasca panen dari yang asal-asalan menjadi honey processing yang bisa memunculkan rasa manis kopi. Kopi OC atau green bean olah biasa dihargai Rp 19 sampai 20 ribu, sedangkan hasil honey processing bisa laku hingga Rp 45 ribu.

"Prosenya lebih sulit dan harganya lebih mahal. Unggulan kita kopi robusta Telemung honey process," kata dia lagi.

Ada empat keluarga petani kopi yang bekerjasama dengannya kini mulai menerapkan petik merah dan honey processing untuk tahap pasca panen mereka. Meskipun butuh waktu lama, mulai muncul kesadaran petani untuk mengolah kopinya lebih baik meskipun harus sabar dalam tahapannya.

Telemung memiliki luas desa 500 hektare dan 300 hektare di antaranya merupakan kebun kopi. Luasan itu menggambarkan besarnya ketergantungan ekonomi masyarakatnya pada harga jual kopi panenan mereka.

BACA JUGA: Tantangan Kopi Jatim di Tengah Tingginya Permintaan Pasar Internasional

Kebun-kebun kopi Telemung mendapat terpaan air yang mengandung garam dari arah Selat Bali pada pagi hari. Dan angin mengandung sulfur Ijen pada malam hari yang membuat rasa kopi yang dihasilkan unik dibandingkan perkebunan daerah lain.

Novian salah satu pengunjung mengaku merasa penting baginya untuk mempelajari petik dan pengolahan kopi. Dia menjadi tahu bagaimana kopi dipanen dari pohonnya dan diproses hingga masuk cangkir untuk diminum.

"Selama ini hanya tahu minum kopi saja. Jadi dengan edukasi di kebunnya lebih menghargai bagaimana kopi itu diproses," kata dia.