Senin, 02 January 2023 09:00 UTC
Kondisi ikan dalam keramba yang mati di telaga Ngebel
JATIMNET.COM, Ponorogo - Ribuan ikan di Telaga Ngebel tiba-tiba mati. Setelah diselidiki ternyata ada ledakan gas belerang yang membuat ribuan ikan di keramba milik petani mati.
Pantauan Jatimnet saat dilokasi, tampak keramba milik petani dipenuhi dengan bangkai ikan yang mengambang. Padahal ikan-ikan tersebut siap panen.
Telaga Ngebel tak hanya diselimuti bangkai ikan. Pun juga warna air telaga yang biasanya hijau kini airnya berwarna kuning. Ini menunjukkan adanya ledakan gas belerang.
Salah satu pemilik keramba, Gunarto mengatakan ribuan ikan nila hitam miliknya di empat keramba mati total. Kerugiannya mencapai Rp 9 juta.
"Empat keramba itu berisi dua ribu ekor ikan, beratnya sekitar 3 kwintal. Biasanya saya jual per kilogram Rp 30 ribu," tutur Gunarto kepada Jatimnet, Senin 2 Januari 2023
Sementara, Ketua Kelompok Songgolangit, Rawan menambahkan satu kelompok ada satu ton ikan. Beruntung ikan di kelompoknya dijual lebih awal.
"Setahun biasanya dua kali kejadian ledakan gas belerang saat musim pancaroba dan saat kaldera gunung batuk," imbuh Rawan.
Menurutnya, selama ikan masih menggelepar atau mabuk belerang karena kadar oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dan yang terganggu hanya insang. Maka ikan masih bisa dijual.
"Sebagian memilih mengangkat ikan dan dijual, selama belum mati," papar Rawan.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo, Masun mengaku sudah meningkatkan adanya fenomena tahunan ini kepada para petani.
"Sudah kita warning pada kelompok, momen tertentu gas belerang pasti keluar termasuk saat ini musim hujan, belerang akan keluar dan ikan mati," kata Masun.
Masun mengatakan pihaknya juga pernah mengajak kelompok tani keramba ikan di Telaga Ngebel untuk berdiskusi. Terutama soal pembatasan jumlah keramba di dalam telaga.
"Sebetulnya pernah kita ingatkan bahwa ada batas untuk keramba. Batasnya tidak semua sisi harus dipenuhi keramba. Apalagi itu menjadi telaga untuk area wisata mestinya harus bersih dari keramba," terang Masun.
Pun juga, lanjut Masun, jika ada keramba harus diatur bersama antara kelompok tani dengan Dipertahankan. Sebab, tidak semua spot bisa langsung dipasang keramba ikan.
"Kalau misalkan ada (keramba), ada spot tertentu yang kita atur," imbuh Masun.
Kekhawatiran lain muncul dari pemilik warung makan di sekitar Telaga Ngebel yang takut stok ikan berkurang akibat ledakan gas belerang.
Salah satu pemilik warung makan, Ismail Hadi mengatakan selama ini dia mendapat pasokan ikan dari petani ikan keramba di selingkar Telaga Ngebel.
"Saya khawatir kalau terjadi ledakan gas belerang yang parah bisa mengakibatkan kepunahan ikan dalam telaga khususnya," ujar Ismail.
Padahal selama ini, lanjut Ismail, ikan yang berasal dari keramba di Telaga Ngebel beratnya bisa mencapai 2 hingga 3 kilogram per ekor. Warung makan di selingkar Ngebel pun selama ini dipasok ikan dari hasil keramba.
"Sehari saja saya bisa menghabiskan 5 hingga 10 kilogram, kalau ramai bisa 15 kilogram lebih," papar Ismail.
Menurutnya, usai terjadi ledakan gas belerang biasanya ada komunitas maupun dinas terkait menabur benih ikan untuk memulihkan ekosistem. Biasanya membutuhkan waktu 6 bulan hingga setahun untuk memulihkan ekosistem ikan di Telaga Ngebel.
"Pengusaha kuliner biasanya mengambil dari keramba, kalau posisinya sehabis ledakan. Warung makan susah mencari ikan dua hingga 3 bulan ke depan," pungkas Ismail.
