Ekonom Mulai Curiga Stabilnya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Rochman Arief

Reporter

Rochman Arief

Kamis, 7 November 2019 - 03:46

ekonom-mulai-curiga-stabilnya-pertumbuhan-ekonomi-indonesia

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga yang tercatat 5,02 persen pada kuartal ketiga tahun ini memunculkan kecurigaan dari para ekonom belahan dunia.

JATIMNET.COM, Surabaya – Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih menghadapi perlambatan. Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen.

Angka tersebut masih jauh di bawah tahun lalu pada periode yang sama, yakni sebesar 5,17 persen. Pun angka tersebut juga lebih rendah dari dua kuartal sebelumnya.

Meski melambat, angka pertumbuhan Ekonomi terus stabil di level lima persen. Bahkan, para ekonom tak percaya dan merasa curiga perekonomian Indonesia bisa tumbuh stabil lima persen di tengah ketidakpastian global.

BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Jatim Kuartal III Melambat

“Kami tidak memiliki kepercayaan banyak pada angka-angka resmi PDB Indonesia, yang telah stabil selama beberapa tahun terakhir,” kata Ekonom di Capital Economics Ltd Gareth Leather seperti dilansir Bloomberg, Kamis 7 November 2019.

Selain Leather, Ekonom di Natixis SA di Hong Kong, Trinh Nguyen, juga mempertanyakan angka-angka dalam sebuah posting di Twitter.

“Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama tetapi Indonesia milikinya,” katanya. Menurutnya pengeluaran pemerintah lemah, ditambah dengan investasi yang terus melambat dan impor mengalami kesulitan.

BACA JUGA: Menkeu Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Lebih Tinggi dari Global

Namun, Kepala BPS Suhariyanto memastikan perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan sesuai dengan pedoman yang ketat dan dipantau secara independen oleh lembaga termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).

“Jika saya melakukan sesuatu dengan data, IMF akan mengetahuinya,” kata Suhariyanto kepada wartawan di Jakarta.

Menurutnya, apabila itu terjadi, lanjutnya, bukan hanya BPS yang akan menanggung rasa malu. Namun pemerintah Indonesia juga akan menanggung akibatnya.

“Apa yang saya lindungi bukan hanya kredibilitas BPS, tetapi juga kredibilitas negara,” Suhariyanto menambahkan.

Sumber: Suara.com

Baca Juga