Minggu, 02 December 2018 23:39 UTC
Dhelly Perwitasari, guru sekaligus salah satu inisiator Dopari Sakatu SD Negeri 02 Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Foto: ND Nugroho
DELAPAN belas siswa SDN 02 Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, duduk bersila di lantai aula kantor Kecamatan Kartoharjo. Posisi duduknya membentuk lingkaran. Perhatian mereka terpusat pada seorang guru yang berdiri di tengah.
Guru itu bernama Dhelly Perwitasari yang sedang mendongeng. Di tengah cerita, tiba-tiba ia menarik tangan seorang siswa. Anak berseragam pramuka yang ‘ketiban sampur’ pun berdiri. “Menjadi besar,’’ kata Dhelly.
Dirangkulnya siswa itu sebelum diminta duduk kembali. Siswa lain yang postur badannya lebih besar ditarik ke tengah. “Lebih besar lagi,’’ ujar Dhelly. Perempuan berhijab itu ternyata menceritakan pertumbuhan pohon stroberi setelah dirawat dengan baik oleh petani.
Suara tepuk tangan penonton riuh terdengar di aula. Mereka merupakan para undangan yang hadir dalam acara bertajuk “Inovasi Pelayanan Publik Pendidikan Kota Madiun Dalam Membangun Karakter Bangsa”.
Inovasi mendongeng dijalankan SD Negeri 02 Mojorejo sejak 2016. Program itu diberi nama ‘Dopari Sakatu’ (Dongeng Pagi Hari Selasa, Kamis, Sabtu). Guru, siswa maupun orang tua dituntut mendongeng pada hari yang ditentukan sebelum kegiatan pelajaran dimulai. Waktunya sekitar 15 menit dan lokasinya di halaman sekolah.
“Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya,’’ kata Dhelly, salah seorag inisiator ‘Dopari Sakatu’ usai memeragakan dongeng di hadapan para undangan.
Setelah itu, guru, siswa maupun orang tua yang dijadwalkan mendongeng harus tampil di depan. Mereka mendongeng. Temanya menyesuaikan dengan rencana pelaksanaan dongeng (RDP) yang ditetapkan.
‘’Namun, ini fleksibel. Kalau ada anak yang ingin mendongeng meski bukan jadwalnya maka diperbolehkan,’’ ujar perempuan yang pernah menjadi penyiar radio di Kota Madiun itu. Materi yang diangkat dalam dongeng pun beragam. Tidak melulu kancil nyolong timun (kancil mencuri mentimun).
Melalui ‘Dopari Sakatu’, menurut Dhelly, mampu mendidik karakter siswa dengan baik. Tingkat kecerdasan, dan kedisiplinan juga meningkat. Untuk tingkat keterlambatan datang ke sekolah, ia mencontohkan, menurun.
Bila sebelumnya berkisar antara 10 hingga 15 anak datang telat, maka dengan adanya program mendongeng menjadi tiga anak rata-rata per hari.
“Kalau kita melarang anak secara langsung, seperti tidak boleh nakal maka tidak mempan. Kemudian, ada ide melalui dongeng yang lebih menyenangkan tapi masuk dalam pikiran anak,’’ kata Dhelly menjelaskan.
Ide itu pertama muncul dari Kepala SD Negeri 02 Mojorejo kala itu, Yudi Santoso. Ia merasa budaya dongeng mampu mendidik anak-anak dengan baik. Daya penalarannya dan kreativitas anak berkembang. Namun, di tengah perkembangan teknologi kebiasaan itu ditinggalkan.
“Sekarang apa-apa langsung mencari di gadget, misalnya mau melihat video dan rusa. Anak-anak dapat memahami tapi hanya berapa persennya saja,’’ ujarnya.
Dia juga menjelaskan jika dengan dongeng interaksi langsung atau face to face lebih mengena pada perkembangan psikologis anak.
Berangkat dari situ, ide program mendongeng dirapatkan dengan para guru dan orang tua siswa. Secara umum ide itu didukung untuk direalisasikan. Namun, ada pula yang merasa belum siap lantaran tidak biasa mendongeng kepada siswa. “Sekarang sudah berjalan baik. Anak-anak juga selalu menunggu jadwal mendongeng,’’ ujar Dhelly.
Hanif Ahmad Zaki, siswa kelas VA SD Negeri Mojorejo 02 mengungkapkan bahwa melalui dongeng dapat meningkatkan semangat belajarnya. Ketika mendapatkan jadwal mendongeng, ia mencari di Google atau membaca buku dongeng. “Melalui dongeng kita bisa lebih disiplin,’’ ujar dia.
Pemkot mengikutkan program ‘Dopari Sakatu’ dalam lomba inovasi pelayanan publik tingkat nasional pada 2017. Namun, gagal mendapatkan juara. Pada 2018 ini, kembali diikutkan para ajang yang sama. Hasilnya, penghargaan sebagai Top-40 dari Kemenpan RB diterima wali kota dalam ajang International Public Service Forum di Jakarta Convention Center, Rabu 7 November 2018. Dana Insentif Daerah sebanyak Rp 9,6 miliar pun diperoleh.
Wali Kota Sugeng Rismiyanto mengatakan, DID yang didapat itu masuk ke APBD 2019. Dana itu akan digunakan untuk sejumlah kegiatan, salah satunya di bidang pendidikan. “Juga digunakan untuk pembahasan Perwali sebagai payung hukum agar kegiatan mendongeng juga dilakukan sekolah-sekolah lain,” kata Sugeng.