Kamis, 08 August 2019 03:55 UTC
BESEK BAMBU: Pembuat dan pengepul besek bambu yang ada di Desa Gandu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo ini tak mampu untuk memenuhi ribuan pesanan. Foto: Gayuh.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Adanya imbauan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo tentang larangan penggunaan kantong plastik untuk membungkus daging hewan kurban membuat para pembuat besek (wadah anyaman bambu, red) kewalahan untuk memenuhi pesanan.
Salah satunya adalah Rusmini, pembuat dan pengepul besek bambu yang ada di Desa Gandu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo ini tak mampu untuk memenuhi ribuan pesanan dari beberapa takmir masjid di seluruh Ponorogo.
“Sudah seminggu ini beberapa takmir masjid memesan langsung 300 sampai 600 besek,” kata Rusmini, Kamis 8 Agustus 2019.
Rusmini menerangkan selama ini penganyam besek bambu memang sudah sangat jarang, banyak pengrajin yang sudah berumur dan tidak ada lagi yang mau meneruskan. Bahkan bahan baku yang berupa bambu memang sudah jarang bisa didapatkan.
BACA JUGA: Penjual Hewan Kurban di Ponorogo Ini Buka Salon Khusus Kambing
“Sekarang kalau bambu memang harus beli, sudah jarang atau malah tidak ada penganyam besek yang punya pohon bambu sendiri,” terangnya.
Ia menjelaskan satu batang bambu maksimal hanya bisa dibuat 50 besek ukuran kecil. Sedangkan harga besek persatuan berkisar seribu–dua ribu rupiah. Padahal para penganyam besek ini hanya mampu membuat 10 sampai 20 besek perhari dan hanya dijadikan sebuah pekerjaan sampingan.
Sehingga banyak dari penganyam besek yang beralih pekerjaan seperti menjadi buruh tani. Hal ini karena buruh tani dirasa lebih menghasilkan dibandingkan hanya menganyam besek.
“Kalau dulu tahun 80an saya satu bulan bisa jual 30 ribu besek, sekarang untuk mengumpulkan tiga ribu besek saja butuh waktu hampir dua bulan,” jelasnya.
BACA JUGA: Sapi Jadi Pilihan Pembeli, Harga Kambing Justru Turun di Ponorogo
Rosmini pun berharap agar tidak hanya menjelang momen Iduladha saja besek menjadi barang buruan. Meski plastik dirasa lebih mudah dan ringkas namun besek lebih ramah lingkungan dan jika dibuang pun akan mudah terurai.
“Kalau harga besek naik dan permintaan banyak kan akan banyak penganyam besek lagi,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Sapto Djatmiko menuturkan pihaknya sudah mengirimkan imbauan kepada panitia kurban dan takmir masjid untuk tidak menggunakan kantong plastik sebagai pembungkus daging kurban.
“Tapi harus pakai besek atau daun,” tutur Sapto.
BACA JUGA: BPK Larang Pin Emas, DPRD Ponorogo Pilih Pakai Kuningan
Sapto menambahkan ada enam alternatif wadah lain mulai dari wadah makanan, besek bambu, besek daun kelapa, besek daun pandan, daun jati, dan daun pisang.
“Dari hari Senin 5 Agustus 2019 lalu sudah saya edarkan imbauan tersebut, tujuannya pengurangan penggunaan kantong plastik,” pungkasnya.