Minggu, 26 January 2020 12:59 UTC
BACALAH. Aktivitas relawan Taman Baca Asmanadia di Alun-alun Gresik pada Minggu, 26 Januari 2020. Foto: Agus
JATIMNET.COM, Gresik – Sekelompok remaja di Gresik mendirikan taman baca pada lima tahun lalu. Rutin menggelar perpustakaan jalanan dan pernah diusir Satpol PP. Seperti apa kegiatan mereka?
Alun-alun Gresik pada Minggu, 26 Januari 2020 pagi. Sekelompok orang meriung di salah satu sudutnya. Mereka mengerumuni beragam buku. Seorang bocah khusuk menyimak dongeng dari buku cerita yang dibacakan wanita. Sementara yang lain terlihat membolak-balikkan buku dan mendaras isinya.
“Lihat buku dongeng, anak saya minta dibacakan ceritanya,” kata Katia, perempuan warga Kebomas itu. Ia mengatakan, baru saja usai jalan-jalan ketika mendapati ada lapak buku di sana. “Mumpung ada buku, disempatkan mampir sebentar.”
Begitulah kegiatan Rumah Baca Asmanadia Gresik, tiap Minggu pagi. Selain meminjamkan buku untuk dibaca di tempat, relawannya menyediakan diri untuk membacakan dongeng bagi anak-anak yang berkunjung.
BACA JUGA: Fenomena Kawasan Industri dalam Lukisan Feri
Pendiri Rumah Baca Asmanadia, Murniasari, mengatakan komunitas ini bertujuan untuk meningkatkan minat membaca di masyarakat. Gagasan bermula dari kegelisahan pada minat baca anak rendah.
Di sisi lain, karena kesibukan kerja, orang tua kerap alpa memperkenalkan anak pada budaya membaca. Agar anak anteng, mereka justru memberi hape sebagai wahana permainan. “Sebenarnya minat baca anak itu tinggi, tapi tak terfasilitasi. Makanya kami di sini ‘jemput bola’,” katanya.
Salah satu cara menumbuhkan minat baca pada anak, menurut dia, biarkan mereka pilih buku yang disukai. Sementara orang tua membacakan isi bukunya.
Di lapak rumah baca, selain meminjamkan buku, relawan juga menggelar serangkaian permainan. Ini upaya menarik minat pada baca anak. “Untuk memberikan teladan dan motivasi,” kata Dewi Inayatul Mufidah, seorang relawan.
BACA JUGA: Kenalkan Seni pada Anak-anak, Ki Puguh Tampilkan Wayang Spongebob
Rumah Baca Asmanadia berdiri pada 2015. Berpusat di Dusun Bangun Rejo Desa Mojopurogede, Bungah. Pada awal berdiri, koleksi bukunya terdiri dari dua rak, sumbangan donatur, baik perorangan, penerbit, maupun lembaga.
Mulanya, relawan didominasi mahasiswi. Tapi kini, tercatat ada 23 relawan dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Mereka bahu-membahu menggelar kegiatan untuk meningkatkan tradisi literasi, khususnya pada anak.
Pada 2017, Rumah Baca Asmanadia terpilih jadi pelaksana utama Program Taman Literasi Integritas (Tali Integrasi) Pusat Edukasi Anti Korupsi KPK. Sebagai ganjaran, mereka mendapat sumbangan buku anak tentang kesadaran antikorupsi.
Prestasi itu tercapai bukan tanpa halangan. Dulu, mereka pernah diusir Satpol PP karena disangka pedagang buku liar. Tapi kini, Dinas Perpustakaan dan Arsip malah menggandeng komunitas ini.
